Cast : Choi Siwon of Super Junior, Shin Nara (OC), Other cast
Rating : 14 +
Summary : “Shin Nara adalah seorang gadis yatim piatu yang bekerja
disebuah Café di Kota Seoul. Perharinya ia bekerja keras untuk
menghidupi dirinya. Mencintai seorang Choi Siwon yang merupakan orang
yang cukup dingin terhadap orang asing, sikapna yang mudah terganggu
membuat Nara kesulitan untuk berbaur dengan laki-laki itu. Sayangnya
Nara tak bisa mengungkapkan jika ia mencintai Siwon hingga akhir
hidupnya.
Author: Vitha Novita Sari
Disclaimer : Fanfiction ini hanyalah sebuah fiksi yang tak nyata. Story ini hasil kerja keras
otak saya dalam berfikir. This Story is Mine, so don’t Copy paste.
-Story Begin-
10 Desember 2013
Awan hitam pekat mulai mendominasi langit diatas sana. Seolah-olah
tengah ber-argumentasi dengan itensitas cahaya matahari yang kini mulai
terhalangi oleh gumpalan awan hitam yang dengan gagah menunjukkan
kehebatannya. Berperang satu sama lain untuk menentukan siapakah yang
akan menguasai langit pagi ini. Angin sepoi-sepoi mulai merambat
menyusup disela-sela ruang yang bisa ia capai, mengalunkan
hembusan-hembusan lembut yang menyejukkan hati. Berjatuhan daun-daun
kecil dari rantingnya, akibat angin nakal tengah menggelitiki sehingga
daun itu harus rela dan pasrah untuk terlepas dari dahan yang selama
ini ia jadikan tumpuan.
Hujan lebat mulai menghiasi
lapisan langit otomatis suasana berubah menjadi gelap. Hujan berjatuhan
dengan tempo yang cepat seperti berlomba-lomba siapa yang tercepat
untuk mencapi tanah yang sudah siap menunggu kesegaran air hujan.
Suasana di Seoul sangat gelap dengan kesibukan masing-masing orang yang
tengah berlalu-lalang. Rupanya hujan tak seharusnya turun hari ini,
membuat beberapa orang mengumpat mengeluarkan kata-kata yang
cukup menyesakkan hati. Apa daya sepertinya awan hitam-lah yang
memenangkan pertandingan dilangit sana. Sudah terbukti hujan turun dan
menyiramkan air segar yang membasahi setiap sudut kota.
Keindahan yang terjadi secara tak disengaja cukup mengobati
kekesalan beberapa orang. Payung-payung berwarna-warni bergerak
kesana-kemari terlihat seperti bola yang tengah menggelinding, sedang
mencari gawangnya yang menghilang entah kemana perginya. Keindahan
tersendiri bagi mata yang menatapnya penuh antusias. Berbeda dengan
berpasang pasang mata yang tengah menikmati keindahan itu, diatas sana
terlihat seekor burung yang tengah berusaha menerobos derasnya hujan.
Burung itu terus mengepakkan sayapnya yang sudah mulai menguncup ketika
air hujan terus saja menghantam tubuhnya, membuat tubuhnya oleng dan
terjatuh dibawah tanah. Tepat didekat sebuah sepatu Boot berwarna gelap.
Uluran tangan berbaik hati untuk mengangkat tubuh burung kecil itu.
Mengusap lembut sayapnya dengan tisu. Tak lama tangan itu menghamburkan
burung itu ke atas
langit. Pada akhirnya burung kecil
itu mampu terbang dan kembali menerobos awan yang mulai
mengurangi kadar air yang terkandung didalamnya.
Ruangan
bercorak minimalis menjadi tempat yang sangat tepat untuk menghangatkan
diri dari kedinginan yang mulai merambat keseluruh tubuh. Menikmati
Coffe panas sembari mengamati gemericik hujan dari jendala Cafe.
bukankah sangat menarik minat? Hmm… itulah yang terjadi pada seorang
Laki- laki yang tengah menyesap perlahan Coffe panas yang berada
digenggamannya. Dengan kaki yang terlipat sedemikian rupa membuat
Laki-laki itu tampak sangat mempesona bagi setiap mata yang
melihatnya. Mantel tebal berwarna gelap dengan hiasan kecil membuat
kesan tersendiri bagi dirinya. Rambut hitam kecoklatan lelaki itu tampak
sedikit basah dan Bingo! Rupanya ia tengah berteduh dari derasnya hujan
yang mengguyur kota Seoul dipagi ini. Hembusan nafasnya terasa berat
menyiratkan dirinya dalam keadaan yang tidak baik. Nafasnya menguap
menghilang terbawa hembusan angin yang berhasil menyapu rambut halus
lelaki itu. Matanya yang hitam dengan tatapan tajam siap menghunus
setiap mata yang bertatapan langsung dengan pemilik mata itu.
Gerakan tangannya lincah menarik gelas Coffe miliknya yang berada
diatas meja kayu itu. Mengarahkannya tepat didepan bibirnya yang
terlihat sedikit memucat, sepertinya lelaki itu tengah kedinginan.
Sedikit demi sedikit kuantitas Coffe itu mulai mengurang seiring dengan
rintik hujan yang kadang lebat kadang rintik. Mata itu tetap fokus
dengan objek yang tengah menarik minatnya. Choi Siwon! Lelaki tampan
yang tengah terduduk sendirian diujung Café menjadi objek yang paling
menarik bagi gadis cantik yang tengah menatapnya dengan rona merah
dikedua sisi pipi mulusnya.
Siwon mulai merasakan
kehadiran seseorang didekatnya membuat ekor matanya sedikit melirik
kearah tepat disamping kirinya. Dengan pasrah ia mulai mengalihkan
pandangannya dari luar jendela itu. Menatap tajam siapa yang dengan
lancangnya merenggut kenyamanannya itu. Seorang gadis dengan topi pink
yang membungkus kepalanya tengah terdiam disisi Siwon. Gadis itu hanya
membawa selembar menu makanan didekapannya. Tangannya menggenggam erat
selembaran itu, untuk mengurangi kegugupan yang ia rasakan kini. Konyol
memang! Gadis itu tak bergeming dari tempatnya, tanpa mengatakan
apapun membuat Siwon mengerutkan keningnya dan kembali mengalihkan
pandangannya keluar jendela kaca itu.
2 menit gadis itu
masih tak bergeming dari tempatnya berdiri. Hanya diam membeku tanpa
mengatakan apapun. Apa sebenarnya yang ia pikirkan? Menundukkan
kepalanya dalam-dalam dihadapan seorang laki-laki yang tak ia kenal.
Namun deritan kursi yang bergeser dari tempatnya berhasil mengangkat
wajah gadis itu. Menatap nanar punggung laki-laki yang sudah berjalan
bebas keluar dari
Café tempatnya bekerja. Punggung itu bergerak semakin jauh dari penglihatannya cukup menyesakkan hati.
Shin Nara, gadis itu mulai membereskan meja yang diduduki lelaki yang
sudah menarik hatinya untuk tenggelam dalam rasa aneh yang mengganggu
kinerja otaknya. Ia mendudukkan tubuhnya dikursi kayu yang tadi Siwon
duduki. Hangat! Rupanya hangat tubuh lelaki itu masih tertinggal. Mimik
wajah Shin Nara mulai berubah seketika, ia baru saja sadar jika ia masih
memilki hari esok untuk sekedar menyapa laki-laki yang menarik hatinya
itu. “Bisakah aku mengenal dirimu? Sekali saja
dalam hidupku.” Suara Nara pelan sarat akan kepasrahan meluncur dari
bibir cherry miliknya.
11 Desember 2012
Segerombolan orang-orang berjalan beriringan seraya melanturkan
kata-kata yang membuat suasana menjadi terasa hidup. Penuh dengan hiruk
pikuk kesibukan orang-orang yang tengah mencari Café terdekat yang akan
menjadi persinggahan untuk menghabiskan waktu makan siang. Keramaian
terjadi di Café tempat Shin Nara bekerja, membuatnya cukup kewalahan
menghadapi pesanan yang menumpuk dimeja kasirnya. Ia menggoreskan
Bollpoint hitam diatas kertas putih tanpa noda. Namun beberapa saat
pergerakan jemarinya terhenti sesaat ketika ia menghirup aroma ini.
Parfum Kenzo yang menjadi penghias hari-harinya. Kepalanya mendongak
melihat laki-laki yang tengah menatapnya dengan tatapan datar. Bibir
Nara melengkung membentuk seulas senyuman yang menghiasai wajah
cantiknya.
Tanpa perintah Nara mulai meracik segelas Coffe
yang sudah menjadi rutinitasnya di Café tempatnya bekerja selain
membersihkan meja. Ia tersenyum dan menyerahkan gelas putih kepada Siwon
yang berdiri dihadapannya. Seperdetik kemudian tangan Laki-laki itu
mulai menyambut uluran gelas itu. Siwon melangkahkan kakinya santai
dengan gelas Coffe digenggamannya. Ia kembali terduduk ditempat yang
kemarin ia duduki. Baik! Siwon memang bukan pelanggan baru di Café ini,
ia bisa menghabiskan hari-harinya hanya dengan menatap jendela kaca yang
berada di sisi kanannya. Membiarkan pikirannya terbang entah kemana.
Lagi-lagi Nara hanya bisa terdiam melihat Siwon dari kejauhan. Cukup
sulit baginya untuk memulai sebuah interaksi dengan Siwon. Mengingat
sikap Siwon yang dingin terhadap orang yang tak ia kenali. Hembusan
nafas kasar itu kembali berhembus terbang entah kemana. Satu persatu
pelanggan Café itu mulai keluar dari ruangan minimalis itu.
Mengisyaratkan bahwa jam makan siang mereka sudah habis. Mata Nara
kembali mencuri pandang kearah Siwon yang masih terduduk diujung sana.
Ia hanya
diam tak melakukan apapun. Sebenarnya apa saja yang
menarik minat laki-laki itu. Hal itulah yang menjadi pertanyaan didalam
otak Nara. Ia mulai menimbang-nimbang untuk melangkahkan kakinya
mendekati lelaki itu. Dan tak menunggu lama Nara sudah berada disisi
kiri Siwon. Namun kali ini Nara tampak mulai berinisiatif mencoba
membuka sebuah percakapan diantara mereka.
“Sebenarnya apa
yang tengah menarik minatmu dari luar sana? Setiap hari kau selalu
menatap hambar jendela kaca itu. Bolehkah aku mengetahui apa alasannya?
Maukah kau berbagi rahasia itu?” Rentetan kata-kata meluncur dari bibir
Nara. Siwon yang tengah terduduk dengan gerakan cepat menolehkan
kepalanya menatap wajah Nara. Ahh… Baiklah lagi-lagi Siwon pergi begitu
saja tanpa mengindahkan kata-kata yang baru saja Nara lontarkan. Nara
berniat menahan lengan Siwon, namun ia rupanya tak mempunyai
keberanian yang besar untuk sekedar menyentuh lengan lelaki itu.
Pandangannya mulai memburam ketika seberkas cairan bening keluar
dari balik kelopak matanya. Mungkinkah Laki-laki itu merasa terganggu
oleh keberadaanya? Nampaknya Nara harus kembali menelan rasa pahit
karena kegagalannya.
15 Desember 2012
Kembali memandang Susana Café dimalam hari, hanya anginlah yang
menyusup diruangan itu. Tak ada lagi sosok laki-laki yang biasanya
terduduk diujung sana. Kemana perginya dia? Entah mengapa sejak kejadian
beberapa hari yang lalu Siwon tak lagi datang ke Café tempat Nara
bekerja. Apakah Siwon benar-benar marah pada Nara?. Hembusan nafas Nara
kasar sarat akan kekecewaan. Ia rela menunggu Siwon disini, walaupun
seharusnya Café sudah tutup. Ia seperti orang bodoh yang menunggu Siwon
yang entah menghilang kemana. Rasa sesak mendominasi diri Nara kini.
Pandangan beberapa rekan kerja Nara menatap dirinya sedih. Mereka
seolah-olah mengetahui jika Nara menyimpan perasaan pada laki-laki itu.
Dengan langkah gontai Nara mulai berjalan menuju pintu keluar Café itu,
ia sesekali menolehkan kepalanya kearah bangku diujung sana. Berharap
ia dapat melihat sosok Siwon yang terduduk menatap jendela itu.
Langkahnya pelan kakinya terasa berat untuk melangkah seakan kehilangan
semangat hidup. Mengapa rasa ini begitu menyiksa dirinya. Bagaimana
rasanya dicintai? Bisakah ia merasakannya?.
Langkah Nara
terhenti ketika ia tak sengaja mengamati sesosok laki-laki yang tengah
berjalan santai beberapa meter ditempatnya kini berada. Nara menghirup
nafasnya dalam-dalam merasakan harum parfum ini, Kenzo! Dengan gerakan
cepat ia melangkahkan kembali kakinya. Ia tengah menguntit-
i
laki-laki yang berada didepannya kini. Nara tersenyum melihat
cara berjalan laki-laki itu. Ia memasukkan tangannya kesaku
celananya, sama seperti yang dilakukan lelaki didepannya. Satu.. Dua..
Satu.. Dua.. Nara mulai menghitung gerakan kaki panjang entah siapa
pemiliknya. Punggung itu berjalan sedikit jangkung mungkin karena
laki-laki itu memilki tubuh yang tinggi. Namun hal itu tak mengurangi
kesan cool dalam dirinya.
KREKK!!!
Suara sebuah kayu yang terinjak membuat Laki-laki itu menolehkan
kepalanya kearah belakang. Namun ia tak mendapatkan siapapun yang berada
didekatnya. Ia malah mempercepat langkahnya. Sedangkan Nara yang
berdiri dibalik sebuah pohon menutup mulutnya rapat-rapat.
Nara menghembuskan kembali nafasnya, dalam hati ia merutuki dirinya.
Bagaimana ia bisa mengacaukan semuanya? Namun setidaknya tebakannya
benar laki-laki itu adalah Siwon. Senyuman indah mulai terukir alami
dari sudut bibirnya. Nara hendak melangkahkan kakinya pergi dari
tempatnya berdiri. Namun sebuah tangan membekap mulutnya. Ia memberontak
berusaha melepaskan bekapan tangan yang cukup kuat pada dirinya.
Kenzo! Parfum yang tak asing dipenciumannya. Nara membuka matanya
mendongakkan kepalanya melihat mata hitam yang tengah menatapnya teduh.
Siwon! Ia memeluk Nara erat mengikis jarak diantara mereka berdua. Degup
jantung berirama mulai mengalun berasal dari detak jantung mereka.
Suasana kembali sunyi membuat kesan canggung.
“Jangan
bergerak dan membuat sebuah suara atau apapun itu!.” Suara itu! Nara
benar-benar tak percaya Siwon berbicara padanya. Suara berat yang
membuatnya semakin jatuh cinta pada laki-laki itu. Setelah mengembalikan
kesadarannya Nara menganggukkan kepalanya tanda paham akan apa yang
dimaksudkan Siwon.
Terlihat beberapa orang yang memakai
pakaian serba hitam berkeliaran dimana tempat Siwon tadinya berdiri.
Wajah orang-orang itu tampak kebingungan. Nara mulai mengerti Siwon
tengah menghindari orang-orang itu.
“Pulanglah ini sudah
malam, kau seorang wanita tak baik jika berkeliaran malam hari.” Suara
Siwon setelah ia memastikan gerombolan orang-orang tadi sudah menjauh
dari temapatnya. Lagi-lagi Nara hanya terdiam setelah mendengar suara
berat itu. Ia mematung setelah melihat wajah teduh Siwon. Sangat berbeda
ketika Siwon berada di Café. Wajah dinginnya entah pergi kemana.
Tampan,,
sangat tampan itulah keta-kata yang mampu Nara
ucapkan didalam hatinya. Menatap sosok yang ia cintai dari jarak yang
cukup dekat. Suatu kebanggaan bagi dirinya.
“Tunggu…
Setidaknya kita sudah bertemu beberapa kali bukan?. Bisakah aku
mengetahui siapa namamu? Ah.. aku Shin Nara.” Cegah Nara ketika Siwon
hendak beranjak dari tempatnya. Uluran tangan Nara disambut oleh Siwon.
Membuat aliran aneh menjalar diseluruh tubuh keduanya. Degupan jantung
Nara seakan-akan melebihi sebuah speaker bervolume tinggi.
“Choi Siwon.”
21 Desember 2012
Salju mulai turun deras disore ini. Melukiskan warna putih yang
menghiasi setiap sudut Kota Seoul hari in. Lonceng-lonceng kecil dan
pohon natal mulai menghiasi perumahan, toko, dan mall yang berada di
pinggir jalan. Rupanya tinggal menunggu hari Natal akan segera tiba.
Shin Nara masih sedia berdiri dimeja kasirnya menyambut beberapa
pelanggan yang mengunjungi Café itu. Senyuman manis Nara khususkan untuk
laki-laki yang berjalan kearahnya. Matanya berbinar terlihat jelas
kebahagiaan yang sedang menghinggapi relung hatinya.
“Aku
sudah meracik Coffe ini 2 menit yang lalu. Ternyata kau datang juga,,
Siwon-ssi.” Ucap Nara seraya menyerahkan segelas Coffe kepada Siwon yang
berdiri tegap dihadapannya. Tangan Siwon meraih gelas itu, ia
meletakkan beberapa lembar uang dimeja kasir itu. Detik berikutnya ia
memilih melangkahkan kakinya santai ketempat yang biasa ia duduki di
Café ini.
Beberapa jam beikutnya Café yang sebelumnya
penuh dengan pengunjung kini terlihat mulai kosong. Nara hanya
mengerucutkan bibirnya sembari melirik kearah Siwon. Ia berdiri di meja
kasirnya. Ia memainkan jarinya seperti tengah ragu akan suatu hal.
Akhirnya ia memberanikan diri untuk berjalan kecil kearah Siwon yang
tetap menatap keluar kaca jendela itu.
“Emm… Siwon-ssi apa
kau sedang menunggu seseorang?.” Nara sepertinya sudah tidak bisa lagi
menahan rasa kengingin tahuannya terhadap suatu hal. Siwon mengalihkan
pandangannya kearah Nara, dari sorot matanya ia terlihat tak menyukai
kehadiran gadis yang mengganggu dunianya. “Kau tidak pulang?
Sebentar lagi Café akan tutup.” Lanjut Nara. Laki-laki itu
tidak menjawab satupun
pertanyaan yang dilontarkan Nara.
Siwon masih menatap dingin gadis itu. Sadar Siwon dihadapannya merasa
terganggu akan kehadirannya, Nara menunjukkan senyuman kakunya yang
terlihat aneh dengan tangnnya yang menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Maaf sepertinya aku sudah megganggumu, nikmati Coffe-mu aku akan pergi
kemejaku.” Nara membungkukkan kepalanya sejenak dan ia segera berlalu
dari sisi Siwon berada. Tak lama setelah gadis itu berlalu Laki-laki itu
melenggang keluar dan menghilang dibalik pintu Café. Nara merutuki
dirinya sendiri seharusnya ia tidak boleh lancang pada orang yang tak
mengenalnya walaupun mereka sudah mengetahui nama satu samalain. Ia
hanya berfikir jika Siwon akan bersedia menjadi seorang teman atau
bahkan lebih dari sekedar teman.
TAPTAPTAP
Nara berlari sekencang mungkin berusaha mengejar laki-laki yang berjalan
didepannya. Dengan payung biru yang terbuka Nara mengarahkan payung itu
untuk menghindarkan tubuhnya dari salju dingin yang mulai turun cukup
lebat. Nafasnya tersengal-sengal rupanya ia merasa lelah karena berlari
cukup jauh. Siwon menghentikan langkahnya ketika ia menyadari sosok
gadis yang cukup familiar dalam penglihatannya.
“Kau
berjalan cepat sekali, aku harus berlari untuk menyusulmu.” Ucap Nara
masih dengan nafas yang tersengal-sengal. Ia menatap mata Siwon yang
tengah menatapnya teduh. Tatapan itu! Mata hitam yang mampu mluluhkan
hatinya saat ini, detik ini.
“Hmm..” Hanya gumanan halus
dari bibir Siwon. Tapi tak mengapa walaupun Nara tak mengenal dirinya
dekat. Namun ia yakin jika suatu saananti Siwon aka menunjukkan sifat
yang ia tak ketahui.
Dengan segala keraguan yang masih
menyelimuti pikirannya, akhirnya Nara mulai meluncurkan isi kepalanya.
“Besok Café tutup.. Maukah kau menemaniku untuk pergi kebeberapa
tempat?” pinta Nara dengan senyuman dibibirnya, ia berharap jika
laki-laki itu mau menuruti permintaannya. “Kuharap kau mau
menemaniku. Besok pagi di Seoul Park, aku akan menunggumu sampai jumpa.”
Tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu, Nara segera membalikkan
tubuhnya. Ia berlari kecil kearah berlawanan dengan Siwon, meninggalkan
laki-laki yang baru saja ia kenal yang terngah terdiam mencoba mencerna
apa yang baru saja terjadi. Siwon membalikkan tubuhnya menatap tubuh
mungil gadis pemilik payung biru yang kini berada digenggamannya. Tangan
Siwon bergerak menuju arah dadanya tepat disisi kiri, terasa sebuah
detakan cepat yang berpacu didalamnya.
Dengan keraguan dilubuk hatinya Siwon melangkah pasrah menghampiri gadis
yang tengah terduduk sendirian disebuah bangku kayu menghadap sebuah
Danau buatan yang tidak terlalu luas. Gemericik air terjun tertarik
gravitasi bumi mengiringi langkahnya. Siwon mengulurkan jemarinya untuk
menepuk bahu gadis yang tengah menunduk ditempatnya.
“Kau datang? Aku khawatir jika kau tak akan datang sore ini.” Ujar Nara, terlihat jelas wajahnya
menyiratkan rasa lega melihat Siwon kini sudah berada dihadapannya.
“Ehmmm..” Siwon tak tahu harus menjawab apa. Entah mengapa ia merasa
tidak seharusnya ia berada disini. Apa mungkin ia mulai tertarik dengan
gadis itu?. Matanya tengah mengamati Nara yang sedang menyibukkan diri
mengeluarkan beberapa kotak makanan dari ransel cukup besar yang berada
dibangku tempatnya duduk.
“Duduklah!” Nara menepuk bangku
sebelah kanannya. Siwon yang tadinya berdiri kini mulai ikut mendudukkan
tubuhnya didekat gadis itu. “Aku tidah tahu makanan apa yang
kau sukai, jadi kau bisa memilih makanan yang kau inginkan.” Lanjut Nara
seraya meletakkan Gimbab, Kimchi dan Bulgogi kemangkuk Siwon.
“Gomawo (Terima kasih)” Sahut laki-laki itu pelan, namun Nara masih
mampu mendengarnya. Ia merasa ada berbagai kupu-kupu yang terbang
dihatinya. Kebahagiaan yang ia harapkan terwujud sudah walaupun Siwon
hanya menjawab 1 atau 2 patah kata dari sekian pertanyaannya. Setidaknya
Siwon sudah mau menerima kehadirannya itu sudah cukup.
“Terima kasih untuk hari ini. Bagaimana dengan makanannya, kau menyukainya?”
“Mashita (Lezat).” Sahut Siwon seraya menganggukkan kepalanya. Ia
menolehkan kepalanya kearah Nara, tanpa sengaja pandangan mereka
bertemu. Rasa canggung satu sama lain cukup mendominasi. Rasa ini muncul
tiba-tiba, Siwon sudah tak bisa mengelak lagi. Ia terarik dengan gadis
ini! Menghela nafasnya berat, mengapa hari begitu cepat berlalu?.
23 Desember 2012
Salju masih setia turun disetiap hari. Cuaca masih sangat dingin
mengharuskan orang-orang memakai mantel tebal jika ingin bepergian
keluar rumah. Hari ini Shin Nara datang sedikit terlambat karena ia
ketinggalan bus yang membawa dirinya ke Café tempatnya bekerja. Langkah
Nara lebar, gadis itu menyusuri Trotoar menuju Café. Nara meraih
ganggang pintu Café itu, ia melenggang memasuki ruangan minimalis itu.
Dengan senyuman cerah yang selalu menghiasi harinya.
Ia meraih
bolpoint hitam dan kertas putih yang berada dimejanya. Kembali seperti
hari-hari biasanya, Nara selalu menuliskan pesanan para pelanggan setia
Café itu. Namun pergerakan tangannya terhenti ketika menghirup aroma
ini, Kenzo!! Kepalanya mendongak menatap penuh senyuman kehadapannya.
Langkah kakinya seketika melangkah mundur dari tempatnya, senyuman
yang tadi menghiasi wajahnya kini lenyap tertelan kepedihan dihatinya.
Melihat secara langsung Siwon yang tengah berdiri dengan seorag gadis
cantik disampingnya. Penglihatannya memburam ketika matanya mulai
berkaca-kaca menahan desiran aneh dalam dirinya. Siwon masih berdiri
menatap Nara dengan tatapan nanar, penuh penyesalan. Laki-laki itu belum
mengerti perasaan apa yang tengah menghinggapi dirinya kini.
“Nona,,, kau baik-baik saja? Aku ingin memesan segelas Milkshake
Strowberry dan Coffe panas.” Lee Hyo Ra! Gadis yang tengah memeluk erat
lengan Siwon mulai angkat bicara. Dari sorot matanya terlihat jelas jika
ia gadis yang tidak sabaran, terbukti dari tingkah lakunya. Hyo Ra
menarik lengan Siwon menuju sebuah bangku terdekat dari tempatnya
berdiri.
Nara terdiam ditempatnya, sedetik kemudian ia berlari
keluar dari Café itu. Membuat beberapa orang menolehkan kepalanya
menatap tubuh Nara yang kini mulai menghilang dibalik pintu. Sama halnya
yang terjadi dengan Siwon, ia menatap nanar pintu Café itu, ada rasa
bersalah dalam dirinya. Ingin sekali ia berlari menyusul gadis yang
mulai mengisi relung hatinya kini, namun apa daya ia tidak ingin sesuatu
yang buruk terjadi pada Nara.
“Oppa (Kakak laki-laki).. apa
yang kau pikirkan?. Lee Hyo Ra mulai berbicara, wajahnya terlihat
menahan rasa kesal karena suatu hal dalam hatinya yang tengah
berkecamuk. Ia menyesap Milkshake Strowberry yang entah kapan berada
digenggamannya, matanya tak pernah lepas dari wajah tampan laki-laki
yang juga menatap dirinya tajam. “Kau mengenal gadis
itu? Siapa dia?” Lanjut Hyo Ra dengan penekanan disetiap kata yang
meluncur dari bibir merahnya.
“Bukan urusanmu!” Siwon berdiri
dari duduknya. Ia berlalu meninggalkan Hyo Ra yang masih santai menyesap
Milkshake-nya itu. Senyuman miris ia kembangkan dari bibirnya, tampak
tengah tersenyum remeh terhadap suatu hal.
Sayup-sayup angin musim dingin mula berembus sesuai arah, butiran salju
putih berjatuhan menyelimuti lapisan bumi. Hiruk pikuk kendaraan
berlalu lalang menempuh jalur yang akan mengantarnya kesuatu
tempat. Hembusan nafas berupa embun yang menguap dari mulut orang-orang
mulai mengudara terbawa buaian angin. Besok adalah hari Natal, tentu
saja setiap toko dan rumah makan ditutup. Sepertinya semua orang tidak
ingin melewatkan hari Natal seorang diri.
Shin Nara terduduk
sendiri dibangku kayu disebuah taman Kota Seoul. Gadis berambut panjang
kecoklatan itu menatap nanar danau buatan yang ada dihadapannya.
Tersenyum dan menikmati udara yang tiap detik memenuhi ruang dalam
paru-parunya.
“Pagi yang cerah.” Gumannya seorang diri.
“Eomma (Ibu), Appa (Ayah) apa yang kalian lakukan disana?” Ucapnya lagi
melalui angin yang berhembus pelan. Matanya menyipit memandang langit
yang cerah berawan diatas sana. Nara merapatkan mantelnya, ia berharap
mendapatkan kehangatan ditengah dinginnya cuaca hari ini.
“Shin
Nara-ssi,,, bisa kita berbicara sebentar?” Sebuah suara yang asing
dipendengaran Nara membuatnya mengernyit dari diamnya. Menolehkan
kepalanya mengamati seorang gadis yang cukup familiar dipenglihatannya.
“Ka— kau!” Guman Nara terkejut, ia masih mengikuti gerak gadis yang kini mendudukkan dirinya disisi Nara.
“Lee Hyo Ra.” Ucap gadis cantik itu menatap Nara dengan senyuman khas miliknya, senyuman
remeh namun terlihat pas jika ia tersenyum.
“Apa yang kau ingikan dariku?”
“Siwon.. nama itu tidak asing bagimu bukan?” Ucap Hyo Ra menatap tajam
Nara yang tengah diam membeku ditempatnya. Lidahnya terasa kelu tak
mampu mengatakan sepatah kata apapun, ia hanya terdiam menormalkan detak
jantungnya. “Kau mencintainya?” Lanjut Hyo Ra
“Heh? Apa maksudmu?”
“Jauhi Siwon jika kau benar-benar mencintainya!”
“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan Hyo Ra-ssi!” Sahut Nara dengan
nafas memburu. Ia cukup tersentak ketika Hyo Ra mulai membahas hal itu.
Ketika nama Siwon disebutkan ia sudah berdebar
hebat.
Manarik nafasnya pelan dan menghembuskannya kembali itulah yang
Nara lakukan untuk menutupi kegugupannya kini.
“Siwon
menghilang,, beberapa hari ini aku tidak bisa menghubunginya, sudah
kudatangi Apartement miliknya namun aku tidak menemukan tanda-tanda jika
ia berada disana.” Terang Hyo Ra dengan wajah yang cukup sendu, ia
menatap Nara yang tengah terdiam disampingnya. “Tolong bantu aku
menemukan Siwon, aku sangat mengkhawatirkan dirinya.” Lanjut Hyo Ra
“Tapi, aku sama sekali ti—” Nara tak melanjutkan kata-katanya
ketika gadis yang berada disisinya menggenggam erat jemarinya, Ia
tersentak dengan sikap Hyo Ra, dilihatnya gadis itu tengah menangis
dalam diamnya.
“Dulu Siwon adalah anak laki-laki yang ceria,
dari kecil ia hidup nyaman penuh kebahagiaan bersama keluarganya. Siwon
sangat tergantung dengan orang terdekatnya. Ia memilki sedikit masalah
dengan kinerja otaknya akibat kecelakaan yang ia alami saat usianya 5
tahun. Siwon bukanlah orang yang mudah berbicara dengan siapa saja. Ia
memilki rasa takut yang berlebihan terhadap orang asing. Ia
akan berteriak dan menangis jika sesuatu mengganggunya.”
sendu.
“Mwo? (Apa?)” Seketika mimik wajah Nara berubah, ditatapnya Hyo Ra yang kini menatapnya
“Sejak kecil Siwon sangat dekat dengan Eomma (Ibu) dan seorang kakak
perempuannya, ia selalu bermain dan bercanda sepanjang hari bersama
mereka. Sungguh ia tampak sellau ceria, aku bahkan tak pernah melihatnya
bersedih. Kau tau? Aku dan Siwon sudah mengenal sejak usia kami 4
tahun, bermain bersama bukanlah hal baru bagi kami.”
“Aku ak—”
“Eomma (Ibu) dan Nunna (kakak perempuan) Siwon meninggal akibat
sebuah insiden berdarah yang terjadi 20 tahun silam. Ini adalah
rahasia besar keluarga Choi, seharusnya aku tak pernah mengungkapkan hal
ini kepadamu Nara-ssi. Namun, aku tak bisa diam menunggu saat itu
tiba.”
“Saat itu tiba? Apa maksudmu?”
“Keluarga
Choi adalah orang yang sangat terhormat di Korea, mereka
memilki banyak perusahaan di negeri ini… Ahh tidak,, bahkan mereka juga
membuka cabang diluar negeri. Tuan Choi, Appa (Ayah) Siwon adalah orang
yang sangat terobsesi dengan harta dan uang. Ia bahkan membunuh orang
penting dalam hidupnya demi menutupi kecurangannya. Kau tau orang
penting itu? Istri dan putrinya! Tuan Choi membunuh mereka tanpa rasa
kemanusiaan. Ia menutupi kasus ini, mengarang cerita seolah-olah Istri
dan Putrinya tewas karena sebuah kecelakaan.” Nara tampak tertunduk
dalam,
membiarkan air matanya keluar dari balik matanya. Ia menghela nafasnya panjang, sedetik kemudian kembali menatap Hyo Ra.
“Kedua jasad itu,, entah tidak ada yang tau dimana jasad itu
dimakamkan. Tuan Choi menutupi kejahatannya dengan rapi. Siwon, ia tak
pernah tau rahasia ini, Sikapnya makin hari semakin berubah dingin
kepada semua orang setelah ia mengetahui orang terpenting dalam hidupnya
sudah meninggalkannya pergi jauh. Ia selalu berpikir jika orang asing
akan menyakitinya.”
“Jadi dia benar tidak tau hal ini?”
“Ne (Ya).. Sekarang ia sangat membenci ayahnya. Ia bahkan kabur dai rumahnya, meninggalkan
Tuan Choi sendiri disana. Ia pernah ingin bunuh diri sehari sesudah tragedi kematian itu.” “Mwo ? (Apa?)”
“Jauhi Siwon jika kau ingin hidup nyaman bersama keluargamu!” Ucap Hyo Ra menolehkan
kepalanya kearah Nara.
“Keluarga?”
“Tuan Choi akan menyingkirkan siapa saja yang menggangu anaknya. Kau!
Kau seperti ilalang ditengah rerumputan hijau. Ilalang itu harus dicabut
sampai akar agar ia tak bisa mengganggu rerumputan hijau itu.” Ucap Hyo
Ra ketus, menyisakan sakit hati dalam diri Nara. “Apa
hubunganmu
dengan Siwon?” Lanjut Hyo Ra.
hatinya.
“Mwo? (Apa?) Kami hanya kenalan biasa.” Sahut Nara dengan kebimbangan dalam lubuk
“Benarkah? Baguslah kalau begitu. Nara-ssi aku sangat mencintai Siwon, kami pernah mencintai
satu sama lain.”
“Mencintai satu sama lain?”
“Ne (Ya),, awalnya semua baik-baik saja, tapi semua berubah setelah
kejadian itu. Siwon membenciku, sangat membenciku.” Lirih Hyo Ra,
menghapus setitik air mata disisi wajahnya. “Kami selalu bersama,
dan disaat itulah keluarga kami sepakat untuk menjodohkam kami.”
Lanjutnya
Nara tertawa kecil setelah mendengar kata-kata Hyo
Ra, ia berlari menerobos butiran salju yang setia menemani langkah
cepatnya. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Menjadi tontonan
beberapa orang yang tengah berlalu lalang tak menjadi masalah baginya
asalkan ia bisa mencapai tempat yang
nyaman sebagai tempatnya
bernaung kini. Menangis di sebuah bangku disisi kiri halte Bus itulah
yang ia lakukan kini. Menumpahkan rasa sakit dilubuk hatinya.
“Menangis?” Tanya seseorang mengusap kepalanya pelan, Nara yang
merasakan sentuhan itu refleks mendongak menatap Siwon yang tengah
memberinya sebuah senyuman hangat yang disambut pelukan erat oleh
Nara. Menenggelamkan wajah buruknya di dada hangat milik Siwon
cukup membuatnya merasa lebih lega. Siwon hanya mengusap punggung gadis
itu pelan, ia cukup mengerti jika gadis ini sedang tidak baik-baik saja.
Matahari mulai meghilang dari tempatnya, menyisakan langit yang mulai
gelap ditengah salju yang masih setia turun dari singgasananya. Siwon
dan Nara hanya terdiam tanpa sepatah katapun. Sibuk dengan pikiran
mereka masing-masing setelah kejadian yang cukup memalukan bagi Nara.
“Aku harus pergi sekarang, mianhe (Maaf) aku rasa kau bisa kembali sendiri ke rumahmu tanpa
ku antar bukan?” Tanya Siwon berdiri dari duduknya diikuti Nara yang menghapus air matanya.
“Gamsahamnida (Terima kasih) untuk semuanya Siwon-ssi.” Nara
melemparkan senyuman termanis dalam hidupnya untuk Siwon. Laki-laki itu
mengangguk sebelum melangkah dari tempatnya. Ada rasa enggan di hatinya,
menolehkan kepalanya sejenak kearah Nara yang masih berdiri ditempatnya
itulah yang ia lakukan.
DORR DORR
Suara cukup nyaring dipendengaran Siwon membuatnya bergetar hebat,
rahangnya mengeras seketika ia berbalik menatap Hyo Ra yang masih
tersenyum ditempatnya. Hati Siwon merasa lega, namun rasa itu hilang
ketika ia menatap Dada kiri Nara yang mengeluarkan darah segar. Wajah
Siwon panik ia berlari cepat memeluk tubuh Nara. Matanya mengintai
mencari siapa yang melakukan hal semacam ini.
“Appa!” Guman
Siwon ketika melihat Tuan Choi yang berdiri dibalik sebuah pohon tak
jauh dari tempatnya. Dengan sebuah pistol hitam yang siap menembus
jantung seseorang. Dan lagi suara nyaring itu terdengar! Kali ini Tuan
Choi tersentak dari tempatnya, pistol yang berada di tangannya terjatuh
dan terbelah menjadi beberapa kepingan.
“Na- Nara-ssi!” Lirih Siwon terjatuh masih memeluk Nara kuat, ia menahan rasa sakit akibat
peluru yang kini bersarang di punggung kirinya. Matanya terpejam-pejam menatap wajah Nara yang
penuh dengan darah. Siwon menarik tengkuk Nara dan menempelkan bibirnya
diatas permukaan bibir Nara, ia ingin seklai mengungkapkan isi hatinya
pada Nara. Namun semua terlambat gadis itu tak menggerakkan badannya
sama sekali, tidak ada hembusan nafas dari hidungnya. Siwon meneteskan
air matanya rasa sakit bercampuk aduk dengan sakit hatinya kini.
Laki-laki itu menutup matanya erat seraya merapatkan tubuh mereka, ia
ingin merasakan hangat tubuh Nara yang masih melekat disana walaupun
gadis itu sudah pergi jauh darinya.
“Saranghae.” Itulah
kata-kata terakhir dari mulut Siwon sebelum ia menutup matanya untuk
yang terakhir kalinya setelah ia merasakan sakit yang teramat sangat
dipunggungnya akibat peluru itu ,, ia pergi jauh menyusul Eomma, Kakak
Perempuannya, dan gadis yang ia cintai Shin Nara.
25 Desember 2012
Di suatu pagi tepat di musim dingin, hari Natal telah tiba. Isi
sebuah surat kabar cukup menggetarkan hati-hati setiap orang yang
tengah membacanya. “Sepasang laki-laki dan perempuan ditemukan dalam
keadaan saling memeluk erat satu sama lain dalam keadaan tidak bernyawa
di sebuah Halte bus didekat Seoul Park, dengan pistol yang tertanam
dijantung mereka masing-masing.”
END
Gambling 101 Casinos in Columbus, OH - MapYRO
BalasHapusDiscover gambling 101 casinos in Columbus, 광주 출장샵 OH and other places to play in 2021. What 성남 출장안마 can I bet 안성 출장안마 on 의정부 출장샵 when I land a winning 서귀포 출장마사지 bet on a horse race?What should I bet on in casinos in Ohio?