Sabtu, 01 Maret 2014

[Freelance] Sad Story is December

Cast : Choi Siwon of Super Junior, Shin Nara (OC), Other cast


Rating : 14 +


Summary : “Shin Nara adalah seorang gadis yatim piatu yang bekerja disebuah Café di Kota Seoul. Perharinya ia bekerja keras untuk menghidupi dirinya. Mencintai seorang Choi Siwon yang merupakan orang yang cukup dingin terhadap orang asing, sikapna yang mudah terganggu membuat Nara kesulitan untuk berbaur dengan laki-laki itu. Sayangnya Nara tak bisa mengungkapkan jika ia mencintai Siwon hingga akhir hidupnya.



Author: Vitha Novita Sari


Disclaimer : Fanfiction ini hanyalah sebuah fiksi yang tak nyata. Story ini hasil kerja keras

otak saya dalam berfikir. This Story is Mine, so don’t Copy paste.


 -Story Begin-






10 Desember 2013




Awan hitam pekat mulai mendominasi langit diatas sana. Seolah-olah tengah ber-argumentasi dengan itensitas cahaya matahari yang kini mulai terhalangi oleh gumpalan awan hitam yang dengan gagah menunjukkan kehebatannya. Berperang satu sama lain untuk menentukan siapakah yang akan menguasai langit pagi ini. Angin sepoi-sepoi mulai merambat menyusup disela-sela ruang yang bisa ia capai, mengalunkan hembusan-hembusan lembut yang menyejukkan hati. Berjatuhan daun-daun kecil dari rantingnya, akibat angin nakal tengah menggelitiki sehingga daun itu harus rela dan pasrah untuk terlepas dari dahan yang selama ini ia jadikan tumpuan.


Hujan lebat mulai menghiasi lapisan langit otomatis suasana berubah menjadi gelap. Hujan berjatuhan dengan tempo yang cepat seperti berlomba-lomba siapa yang tercepat untuk mencapi tanah yang sudah siap menunggu kesegaran air hujan. Suasana di Seoul sangat gelap dengan kesibukan masing-masing orang yang tengah berlalu-lalang. Rupanya hujan tak seharusnya turun hari ini, membuat beberapa orang mengumpat mengeluarkan kata-kata yang cukup menyesakkan hati. Apa daya sepertinya awan hitam-lah yang memenangkan pertandingan dilangit sana. Sudah terbukti hujan turun dan menyiramkan air segar yang membasahi setiap sudut kota.


Keindahan yang terjadi secara tak disengaja cukup mengobati kekesalan beberapa orang. Payung-payung berwarna-warni bergerak kesana-kemari terlihat seperti bola yang tengah menggelinding, sedang mencari gawangnya yang menghilang entah kemana perginya. Keindahan tersendiri bagi mata yang menatapnya penuh antusias. Berbeda dengan berpasang pasang mata yang tengah menikmati keindahan itu, diatas sana terlihat seekor burung yang tengah berusaha menerobos derasnya hujan. Burung itu terus mengepakkan sayapnya yang sudah mulai menguncup ketika air hujan terus saja menghantam tubuhnya, membuat tubuhnya oleng dan terjatuh dibawah tanah. Tepat didekat sebuah sepatu Boot berwarna gelap. Uluran tangan berbaik hati untuk mengangkat tubuh burung kecil itu. Mengusap lembut sayapnya dengan tisu. Tak lama tangan itu menghamburkan burung itu ke atas

langit. Pada akhirnya burung kecil itu mampu terbang dan kembali menerobos awan yang mulai mengurangi kadar air yang terkandung didalamnya.


Ruangan bercorak minimalis menjadi tempat yang sangat tepat untuk menghangatkan diri dari kedinginan yang mulai merambat keseluruh tubuh. Menikmati Coffe panas sembari mengamati gemericik hujan dari jendala Cafe. bukankah sangat menarik minat? Hmm… itulah yang terjadi pada seorang Laki- laki yang tengah menyesap perlahan Coffe panas yang berada digenggamannya. Dengan kaki yang terlipat sedemikian rupa membuat Laki-laki itu tampak sangat mempesona bagi setiap mata yang melihatnya. Mantel tebal berwarna gelap dengan hiasan kecil membuat kesan tersendiri bagi dirinya. Rambut hitam kecoklatan lelaki itu tampak sedikit basah dan Bingo! Rupanya ia tengah berteduh dari derasnya hujan yang mengguyur kota Seoul dipagi ini. Hembusan nafasnya terasa berat menyiratkan dirinya dalam keadaan yang tidak baik. Nafasnya menguap menghilang terbawa hembusan angin yang berhasil menyapu rambut halus lelaki itu. Matanya yang hitam dengan tatapan tajam siap menghunus setiap mata yang bertatapan langsung dengan pemilik mata itu.


Gerakan tangannya lincah menarik gelas Coffe miliknya yang berada diatas meja kayu itu. Mengarahkannya tepat didepan bibirnya yang terlihat sedikit memucat, sepertinya lelaki itu tengah kedinginan. Sedikit demi sedikit kuantitas Coffe itu mulai mengurang seiring dengan rintik hujan yang kadang lebat kadang rintik. Mata itu tetap fokus dengan objek yang tengah menarik minatnya. Choi Siwon! Lelaki tampan yang tengah terduduk sendirian diujung Café menjadi objek yang paling menarik bagi gadis cantik yang tengah menatapnya dengan rona merah dikedua sisi pipi mulusnya.


Siwon mulai merasakan kehadiran seseorang didekatnya membuat ekor matanya sedikit melirik kearah tepat disamping kirinya. Dengan pasrah ia mulai mengalihkan pandangannya dari luar jendela itu. Menatap tajam siapa yang dengan lancangnya merenggut kenyamanannya itu. Seorang gadis dengan topi pink yang membungkus kepalanya tengah terdiam disisi Siwon. Gadis itu hanya membawa selembar menu makanan didekapannya. Tangannya menggenggam erat selembaran itu, untuk mengurangi kegugupan yang ia rasakan kini. Konyol memang! Gadis itu tak bergeming dari tempatnya, tanpa mengatakan apapun membuat Siwon mengerutkan keningnya dan kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela kaca itu.


2 menit gadis itu masih tak bergeming dari tempatnya berdiri. Hanya diam membeku tanpa mengatakan apapun. Apa sebenarnya yang ia pikirkan? Menundukkan kepalanya dalam-dalam dihadapan seorang laki-laki yang tak ia kenal. Namun deritan kursi yang bergeser dari tempatnya berhasil mengangkat wajah gadis itu. Menatap nanar punggung laki-laki yang sudah berjalan bebas keluar dari

Café tempatnya bekerja. Punggung itu bergerak semakin jauh dari penglihatannya cukup menyesakkan hati.


Shin Nara, gadis itu mulai membereskan meja yang diduduki lelaki yang sudah menarik hatinya untuk tenggelam dalam rasa aneh yang mengganggu kinerja otaknya. Ia mendudukkan tubuhnya dikursi kayu yang tadi Siwon duduki. Hangat! Rupanya hangat tubuh lelaki itu masih tertinggal. Mimik wajah Shin Nara mulai berubah seketika, ia baru saja sadar jika ia masih memilki hari esok untuk sekedar menyapa laki-laki yang menarik hatinya itu. “Bisakah aku mengenal dirimu? Sekali saja dalam hidupku.” Suara Nara pelan sarat akan kepasrahan meluncur dari bibir cherry miliknya.




11 Desember 2012




Segerombolan orang-orang berjalan beriringan seraya melanturkan kata-kata yang membuat suasana menjadi terasa hidup. Penuh dengan hiruk pikuk kesibukan orang-orang yang tengah mencari Café terdekat yang akan menjadi persinggahan untuk menghabiskan waktu makan siang. Keramaian terjadi di Café tempat Shin Nara bekerja, membuatnya cukup kewalahan menghadapi pesanan yang menumpuk dimeja kasirnya. Ia menggoreskan Bollpoint hitam diatas kertas putih tanpa noda. Namun beberapa saat pergerakan jemarinya terhenti sesaat ketika ia menghirup aroma ini. Parfum Kenzo yang menjadi penghias hari-harinya. Kepalanya mendongak melihat laki-laki yang tengah menatapnya dengan tatapan datar. Bibir Nara melengkung membentuk seulas senyuman yang menghiasai wajah cantiknya.


Tanpa perintah Nara mulai meracik segelas Coffe yang sudah menjadi rutinitasnya di Café tempatnya bekerja selain membersihkan meja. Ia tersenyum dan menyerahkan gelas putih kepada Siwon yang berdiri dihadapannya. Seperdetik kemudian tangan Laki-laki itu mulai menyambut uluran gelas itu. Siwon melangkahkan kakinya santai dengan gelas Coffe digenggamannya. Ia kembali terduduk ditempat yang kemarin ia duduki. Baik! Siwon memang bukan pelanggan baru di Café ini, ia bisa menghabiskan hari-harinya hanya dengan menatap jendela kaca yang berada di sisi kanannya. Membiarkan pikirannya terbang entah kemana.


Lagi-lagi Nara hanya bisa terdiam melihat Siwon dari kejauhan. Cukup sulit baginya untuk memulai sebuah interaksi dengan Siwon. Mengingat sikap Siwon yang dingin terhadap orang yang tak ia kenali. Hembusan nafas kasar itu kembali berhembus terbang entah kemana. Satu persatu pelanggan Café itu mulai keluar dari ruangan minimalis itu. Mengisyaratkan bahwa jam makan siang mereka sudah habis. Mata Nara kembali mencuri pandang kearah Siwon yang masih terduduk diujung sana. Ia hanya

diam tak melakukan apapun. Sebenarnya apa saja yang menarik minat laki-laki itu. Hal itulah yang menjadi pertanyaan didalam otak Nara. Ia mulai menimbang-nimbang untuk melangkahkan kakinya mendekati lelaki itu. Dan tak menunggu lama Nara sudah berada disisi kiri Siwon. Namun kali ini Nara tampak mulai berinisiatif mencoba membuka sebuah percakapan diantara mereka.


“Sebenarnya apa yang tengah menarik minatmu dari luar sana? Setiap hari kau selalu menatap hambar jendela kaca itu. Bolehkah aku mengetahui apa alasannya? Maukah kau berbagi rahasia itu?” Rentetan kata-kata meluncur dari bibir Nara. Siwon yang tengah terduduk dengan gerakan cepat menolehkan kepalanya menatap wajah Nara. Ahh… Baiklah lagi-lagi Siwon pergi begitu saja tanpa mengindahkan kata-kata yang baru saja Nara lontarkan. Nara berniat menahan lengan Siwon, namun ia rupanya tak mempunyai keberanian yang besar untuk sekedar menyentuh lengan lelaki itu. Pandangannya mulai memburam ketika seberkas cairan bening keluar dari balik kelopak matanya. Mungkinkah Laki-laki itu merasa terganggu oleh keberadaanya? Nampaknya Nara harus kembali menelan rasa pahit karena kegagalannya.




15 Desember 2012




Kembali memandang Susana Café dimalam hari, hanya anginlah yang menyusup diruangan itu. Tak ada lagi sosok laki-laki yang biasanya terduduk diujung sana. Kemana perginya dia? Entah mengapa sejak kejadian beberapa hari yang lalu Siwon tak lagi datang ke Café tempat Nara bekerja. Apakah Siwon benar-benar marah pada Nara?. Hembusan nafas Nara kasar sarat akan kekecewaan. Ia rela menunggu Siwon disini, walaupun seharusnya Café sudah tutup. Ia seperti orang bodoh yang menunggu Siwon yang entah menghilang kemana. Rasa sesak mendominasi diri Nara kini. Pandangan beberapa rekan kerja Nara menatap dirinya sedih. Mereka seolah-olah mengetahui jika Nara menyimpan perasaan pada laki-laki itu.


Dengan langkah gontai Nara mulai berjalan menuju pintu keluar Café itu, ia sesekali menolehkan kepalanya kearah bangku diujung sana. Berharap ia dapat melihat sosok Siwon yang terduduk menatap jendela itu. Langkahnya pelan kakinya terasa berat untuk melangkah seakan kehilangan semangat hidup. Mengapa rasa ini begitu menyiksa dirinya. Bagaimana rasanya dicintai? Bisakah ia merasakannya?.


Langkah Nara terhenti ketika ia tak sengaja mengamati sesosok laki-laki yang tengah berjalan santai beberapa meter ditempatnya kini berada. Nara menghirup nafasnya dalam-dalam merasakan harum parfum ini, Kenzo! Dengan gerakan cepat ia melangkahkan kembali kakinya. Ia tengah menguntit-

i laki-laki yang berada didepannya kini. Nara tersenyum melihat cara berjalan laki-laki itu. Ia memasukkan tangannya kesaku celananya, sama seperti yang dilakukan lelaki didepannya. Satu.. Dua.. Satu.. Dua.. Nara mulai menghitung gerakan kaki panjang entah siapa pemiliknya. Punggung itu berjalan sedikit jangkung mungkin karena laki-laki itu memilki tubuh yang tinggi. Namun hal itu tak mengurangi kesan cool dalam dirinya.




KREKK!!!


Suara sebuah kayu yang terinjak membuat Laki-laki itu menolehkan kepalanya kearah belakang. Namun ia tak mendapatkan siapapun yang berada didekatnya. Ia malah mempercepat langkahnya. Sedangkan Nara yang berdiri dibalik sebuah pohon menutup mulutnya rapat-rapat. Nara menghembuskan kembali nafasnya, dalam hati ia merutuki dirinya. Bagaimana ia bisa mengacaukan semuanya? Namun setidaknya tebakannya benar laki-laki itu adalah Siwon. Senyuman indah mulai terukir alami dari sudut bibirnya. Nara hendak melangkahkan kakinya pergi dari tempatnya berdiri. Namun sebuah tangan membekap mulutnya. Ia memberontak berusaha melepaskan bekapan tangan yang cukup kuat pada dirinya.


Kenzo! Parfum yang tak asing dipenciumannya. Nara membuka matanya mendongakkan kepalanya melihat mata hitam yang tengah menatapnya teduh. Siwon! Ia memeluk Nara erat mengikis jarak diantara mereka berdua. Degup jantung berirama mulai mengalun berasal dari detak jantung mereka. Suasana kembali sunyi membuat kesan canggung.


“Jangan bergerak dan membuat sebuah suara atau apapun itu!.” Suara itu! Nara benar-benar tak percaya Siwon berbicara padanya. Suara berat yang membuatnya semakin jatuh cinta pada laki-laki itu. Setelah mengembalikan kesadarannya Nara menganggukkan kepalanya tanda paham akan apa yang dimaksudkan Siwon.


Terlihat beberapa orang yang memakai pakaian serba hitam berkeliaran dimana tempat Siwon tadinya berdiri. Wajah orang-orang itu tampak kebingungan. Nara mulai mengerti Siwon tengah menghindari orang-orang itu.


“Pulanglah ini sudah malam, kau seorang wanita tak baik jika berkeliaran malam hari.” Suara Siwon setelah ia memastikan gerombolan orang-orang tadi sudah menjauh dari temapatnya. Lagi-lagi Nara hanya terdiam setelah mendengar suara berat itu. Ia mematung setelah melihat wajah teduh Siwon. Sangat berbeda ketika Siwon berada di Café. Wajah dinginnya entah pergi kemana. Tampan,,

sangat tampan itulah keta-kata yang mampu Nara ucapkan didalam hatinya. Menatap sosok yang ia cintai dari jarak yang cukup dekat. Suatu kebanggaan bagi dirinya.


“Tunggu… Setidaknya kita sudah bertemu beberapa kali bukan?. Bisakah aku mengetahui siapa namamu? Ah.. aku Shin Nara.” Cegah Nara ketika Siwon hendak beranjak dari tempatnya. Uluran tangan Nara disambut oleh Siwon. Membuat aliran aneh menjalar diseluruh tubuh keduanya. Degupan jantung Nara seakan-akan melebihi sebuah speaker bervolume tinggi.


“Choi Siwon.”






21 Desember 2012




Salju mulai turun deras disore ini. Melukiskan warna putih yang menghiasi setiap sudut Kota Seoul hari in. Lonceng-lonceng kecil dan pohon natal mulai menghiasi perumahan, toko, dan mall yang berada di pinggir jalan. Rupanya tinggal menunggu hari Natal akan segera tiba. Shin Nara masih sedia berdiri dimeja kasirnya menyambut beberapa pelanggan yang mengunjungi Café itu. Senyuman manis Nara khususkan untuk laki-laki yang berjalan kearahnya. Matanya berbinar terlihat jelas kebahagiaan yang sedang menghinggapi relung hatinya.


“Aku sudah meracik Coffe ini 2 menit yang lalu. Ternyata kau datang juga,, Siwon-ssi.” Ucap Nara seraya menyerahkan segelas Coffe kepada Siwon yang berdiri tegap dihadapannya. Tangan Siwon meraih gelas itu, ia meletakkan beberapa lembar uang dimeja kasir itu. Detik berikutnya ia memilih melangkahkan kakinya santai ketempat yang biasa ia duduki di Café ini.


Beberapa jam beikutnya Café yang sebelumnya penuh dengan pengunjung kini terlihat mulai kosong. Nara hanya mengerucutkan bibirnya sembari melirik kearah Siwon. Ia berdiri di meja kasirnya. Ia memainkan jarinya seperti tengah ragu akan suatu hal. Akhirnya ia memberanikan diri untuk berjalan kecil kearah Siwon yang tetap menatap keluar kaca jendela itu.


“Emm… Siwon-ssi apa kau sedang menunggu seseorang?.” Nara sepertinya sudah tidak bisa lagi menahan rasa kengingin tahuannya terhadap suatu hal. Siwon mengalihkan pandangannya kearah Nara, dari sorot matanya ia terlihat tak menyukai kehadiran gadis yang mengganggu dunianya. “Kau tidak pulang? Sebentar lagi Café akan tutup.” Lanjut Nara. Laki-laki itu tidak menjawab satupun

pertanyaan yang dilontarkan Nara. Siwon masih menatap dingin gadis itu. Sadar Siwon dihadapannya merasa terganggu akan kehadirannya, Nara menunjukkan senyuman kakunya yang terlihat aneh dengan tangnnya yang menggaruk kepalanya yang tak gatal.


“Maaf sepertinya aku sudah megganggumu, nikmati Coffe-mu aku akan pergi kemejaku.” Nara membungkukkan kepalanya sejenak dan ia segera berlalu dari sisi Siwon berada. Tak lama setelah gadis itu berlalu Laki-laki itu melenggang keluar dan menghilang dibalik pintu Café. Nara merutuki dirinya sendiri seharusnya ia tidak boleh lancang pada orang yang tak mengenalnya walaupun mereka sudah mengetahui nama satu samalain. Ia hanya berfikir jika Siwon akan bersedia menjadi seorang teman atau bahkan lebih dari sekedar teman.


TAPTAPTAP


Nara berlari sekencang mungkin berusaha mengejar laki-laki yang berjalan didepannya. Dengan payung biru yang terbuka Nara mengarahkan payung itu untuk menghindarkan tubuhnya dari salju dingin yang mulai turun cukup lebat. Nafasnya tersengal-sengal rupanya ia merasa lelah karena berlari cukup jauh. Siwon menghentikan langkahnya ketika ia menyadari sosok gadis yang cukup familiar dalam penglihatannya.


“Kau berjalan cepat sekali, aku harus berlari untuk menyusulmu.” Ucap Nara masih dengan nafas yang tersengal-sengal. Ia menatap mata Siwon yang tengah menatapnya teduh. Tatapan itu! Mata hitam yang mampu mluluhkan hatinya saat ini, detik ini.


“Hmm..” Hanya gumanan halus dari bibir Siwon. Tapi tak mengapa walaupun Nara tak mengenal dirinya dekat. Namun ia yakin jika suatu saananti Siwon aka menunjukkan sifat yang ia tak ketahui.


Dengan segala keraguan yang masih menyelimuti pikirannya, akhirnya Nara mulai meluncurkan isi kepalanya. “Besok Café tutup.. Maukah kau menemaniku untuk pergi kebeberapa tempat?” pinta Nara dengan senyuman dibibirnya, ia berharap jika laki-laki itu mau menuruti permintaannya. “Kuharap kau mau menemaniku. Besok pagi di Seoul Park, aku akan menunggumu sampai jumpa.” Tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu, Nara segera membalikkan tubuhnya. Ia berlari kecil kearah berlawanan dengan Siwon, meninggalkan laki-laki yang baru saja ia kenal yang terngah terdiam mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Siwon membalikkan tubuhnya menatap tubuh mungil gadis pemilik payung biru yang kini berada digenggamannya. Tangan Siwon bergerak menuju arah dadanya tepat disisi kiri, terasa sebuah detakan cepat yang berpacu didalamnya.





Dengan keraguan dilubuk hatinya Siwon melangkah pasrah menghampiri gadis yang tengah terduduk sendirian disebuah bangku kayu menghadap sebuah Danau buatan yang tidak terlalu luas. Gemericik air terjun tertarik gravitasi bumi mengiringi langkahnya. Siwon mengulurkan jemarinya untuk menepuk bahu gadis yang tengah menunduk ditempatnya.

“Kau datang? Aku khawatir jika kau tak akan datang sore ini.” Ujar Nara, terlihat jelas wajahnya

menyiratkan rasa lega melihat Siwon kini sudah berada dihadapannya.


“Ehmmm..” Siwon tak tahu harus menjawab apa. Entah mengapa ia merasa tidak seharusnya ia berada disini. Apa mungkin ia mulai tertarik dengan gadis itu?. Matanya tengah mengamati Nara yang sedang menyibukkan diri mengeluarkan beberapa kotak makanan dari ransel cukup besar yang berada dibangku tempatnya duduk.

“Duduklah!” Nara menepuk bangku sebelah kanannya. Siwon yang tadinya berdiri kini mulai ikut mendudukkan tubuhnya didekat gadis itu. “Aku tidah tahu makanan apa yang kau sukai, jadi kau bisa memilih makanan yang kau inginkan.” Lanjut Nara seraya meletakkan Gimbab, Kimchi dan Bulgogi kemangkuk Siwon.

“Gomawo (Terima kasih)” Sahut laki-laki itu pelan, namun Nara masih mampu mendengarnya. Ia merasa ada berbagai kupu-kupu yang terbang dihatinya. Kebahagiaan yang ia harapkan terwujud sudah walaupun Siwon hanya menjawab 1 atau 2 patah kata dari sekian pertanyaannya. Setidaknya Siwon sudah mau menerima kehadirannya itu sudah cukup.

“Terima kasih untuk hari ini. Bagaimana dengan makanannya, kau menyukainya?”


“Mashita (Lezat).” Sahut Siwon seraya menganggukkan kepalanya. Ia menolehkan kepalanya kearah Nara, tanpa sengaja pandangan mereka bertemu. Rasa canggung satu sama lain cukup mendominasi. Rasa ini muncul tiba-tiba, Siwon sudah tak bisa mengelak lagi. Ia terarik dengan gadis ini! Menghela nafasnya berat, mengapa hari begitu cepat berlalu?.




23 Desember 2012

Salju masih setia turun disetiap hari. Cuaca masih sangat dingin mengharuskan orang-orang memakai mantel tebal jika ingin bepergian keluar rumah. Hari ini Shin Nara datang sedikit terlambat karena ia ketinggalan bus yang membawa dirinya ke Café tempatnya bekerja. Langkah Nara lebar, gadis itu menyusuri Trotoar menuju Café. Nara meraih ganggang pintu Café itu, ia melenggang memasuki ruangan minimalis itu. Dengan senyuman cerah yang selalu menghiasi harinya.

Ia meraih bolpoint hitam dan kertas putih yang berada dimejanya. Kembali seperti hari-hari biasanya, Nara selalu menuliskan pesanan para pelanggan setia Café itu. Namun pergerakan tangannya terhenti ketika menghirup aroma ini, Kenzo!! Kepalanya mendongak menatap penuh senyuman kehadapannya. Langkah kakinya seketika melangkah mundur dari tempatnya, senyuman yang tadi menghiasi wajahnya kini lenyap tertelan kepedihan dihatinya. Melihat secara langsung Siwon yang tengah berdiri dengan seorag gadis cantik disampingnya. Penglihatannya memburam ketika matanya mulai berkaca-kaca menahan desiran aneh dalam dirinya. Siwon masih berdiri menatap Nara dengan tatapan nanar, penuh penyesalan. Laki-laki itu belum mengerti perasaan apa yang tengah menghinggapi dirinya kini.

“Nona,,, kau baik-baik saja? Aku ingin memesan segelas Milkshake Strowberry dan Coffe panas.” Lee Hyo Ra! Gadis yang tengah memeluk erat lengan Siwon mulai angkat bicara. Dari sorot matanya terlihat jelas jika ia gadis yang tidak sabaran, terbukti dari tingkah lakunya. Hyo Ra menarik lengan Siwon menuju sebuah bangku terdekat dari tempatnya berdiri.

Nara terdiam ditempatnya, sedetik kemudian ia berlari keluar dari Café itu. Membuat beberapa orang menolehkan kepalanya menatap tubuh Nara yang kini mulai menghilang dibalik pintu. Sama halnya yang terjadi dengan Siwon, ia menatap nanar pintu Café itu, ada rasa bersalah dalam dirinya. Ingin sekali ia berlari menyusul gadis yang mulai mengisi relung hatinya kini, namun apa daya ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Nara.

“Oppa (Kakak laki-laki).. apa yang kau pikirkan?. Lee Hyo Ra mulai berbicara, wajahnya terlihat menahan rasa kesal karena suatu hal dalam hatinya yang tengah berkecamuk. Ia menyesap Milkshake Strowberry yang entah kapan berada digenggamannya, matanya tak pernah lepas dari wajah tampan laki-laki yang juga menatap dirinya tajam. “Kau mengenal gadis itu? Siapa dia?” Lanjut Hyo Ra dengan penekanan disetiap kata yang meluncur dari bibir merahnya.

“Bukan urusanmu!” Siwon berdiri dari duduknya. Ia berlalu meninggalkan Hyo Ra yang masih santai menyesap Milkshake-nya itu. Senyuman miris ia kembangkan dari bibirnya, tampak tengah tersenyum remeh terhadap suatu hal.





Sayup-sayup angin musim dingin mula berembus sesuai arah, butiran salju putih berjatuhan menyelimuti lapisan bumi. Hiruk pikuk kendaraan berlalu lalang menempuh jalur yang akan mengantarnya kesuatu tempat. Hembusan nafas berupa embun yang menguap dari mulut orang-orang mulai mengudara terbawa buaian angin. Besok adalah hari Natal, tentu saja setiap toko dan rumah makan ditutup. Sepertinya semua orang tidak ingin melewatkan hari Natal seorang diri.

Shin Nara terduduk sendiri dibangku kayu disebuah taman Kota Seoul. Gadis berambut panjang kecoklatan itu menatap nanar danau buatan yang ada dihadapannya. Tersenyum dan menikmati udara yang tiap detik memenuhi ruang dalam paru-parunya.

“Pagi yang cerah.” Gumannya seorang diri. “Eomma (Ibu), Appa (Ayah) apa yang kalian lakukan disana?” Ucapnya lagi melalui angin yang berhembus pelan. Matanya menyipit memandang langit yang cerah berawan diatas sana. Nara merapatkan mantelnya, ia berharap mendapatkan kehangatan ditengah dinginnya cuaca hari ini.

“Shin Nara-ssi,,, bisa kita berbicara sebentar?” Sebuah suara yang asing dipendengaran Nara membuatnya mengernyit dari diamnya. Menolehkan kepalanya mengamati seorang gadis yang cukup familiar dipenglihatannya.

“Ka— kau!” Guman Nara terkejut, ia masih mengikuti gerak gadis yang kini mendudukkan dirinya disisi Nara.

“Lee Hyo Ra.” Ucap gadis cantik itu menatap Nara dengan senyuman khas miliknya, senyuman

remeh namun terlihat pas jika ia tersenyum.


“Apa yang kau ingikan dariku?”


“Siwon.. nama itu tidak asing bagimu bukan?” Ucap Hyo Ra menatap tajam Nara yang tengah diam membeku ditempatnya. Lidahnya terasa kelu tak mampu mengatakan sepatah kata apapun, ia hanya terdiam menormalkan detak jantungnya. “Kau mencintainya?” Lanjut Hyo Ra

“Heh? Apa maksudmu?”


“Jauhi Siwon jika kau benar-benar mencintainya!”


“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan Hyo Ra-ssi!” Sahut Nara dengan nafas memburu. Ia cukup tersentak ketika Hyo Ra mulai membahas hal itu. Ketika nama Siwon disebutkan ia sudah berdebar

hebat. Manarik nafasnya pelan dan menghembuskannya kembali itulah yang Nara lakukan untuk menutupi kegugupannya kini.

“Siwon menghilang,, beberapa hari ini aku tidak bisa menghubunginya, sudah kudatangi Apartement miliknya namun aku tidak menemukan tanda-tanda jika ia berada disana.” Terang Hyo Ra dengan wajah yang cukup sendu, ia menatap Nara yang tengah terdiam disampingnya. “Tolong bantu aku menemukan Siwon, aku sangat mengkhawatirkan dirinya.” Lanjut Hyo Ra

“Tapi, aku sama sekali ti—” Nara tak melanjutkan kata-katanya ketika gadis yang berada disisinya menggenggam erat jemarinya, Ia tersentak dengan sikap Hyo Ra, dilihatnya gadis itu tengah menangis dalam diamnya.

“Dulu Siwon adalah anak laki-laki yang ceria, dari kecil ia hidup nyaman penuh kebahagiaan bersama keluarganya. Siwon sangat tergantung dengan orang terdekatnya. Ia memilki sedikit masalah dengan kinerja otaknya akibat kecelakaan yang ia alami saat usianya 5 tahun. Siwon bukanlah orang yang mudah berbicara dengan siapa saja. Ia memilki rasa takut yang berlebihan terhadap orang asing. Ia
akan berteriak dan menangis jika sesuatu mengganggunya.”





sendu.

“Mwo? (Apa?)” Seketika mimik wajah Nara berubah, ditatapnya Hyo Ra yang kini menatapnya



“Sejak kecil Siwon sangat dekat dengan Eomma (Ibu) dan seorang kakak perempuannya, ia selalu bermain dan bercanda sepanjang hari bersama mereka. Sungguh ia tampak sellau ceria, aku bahkan tak pernah melihatnya bersedih. Kau tau? Aku dan Siwon sudah mengenal sejak usia kami 4 tahun, bermain bersama bukanlah hal baru bagi kami.”

“Aku ak—”


“Eomma (Ibu) dan Nunna (kakak perempuan) Siwon meninggal akibat sebuah insiden berdarah yang terjadi 20 tahun silam. Ini adalah rahasia besar keluarga Choi, seharusnya aku tak pernah mengungkapkan hal ini kepadamu Nara-ssi. Namun, aku tak bisa diam menunggu saat itu tiba.”

“Saat itu tiba? Apa maksudmu?”


“Keluarga Choi adalah orang yang sangat terhormat di Korea, mereka memilki banyak perusahaan di negeri ini… Ahh tidak,, bahkan mereka juga membuka cabang diluar negeri. Tuan Choi, Appa (Ayah) Siwon adalah orang yang sangat terobsesi dengan harta dan uang. Ia bahkan membunuh orang penting dalam hidupnya demi menutupi kecurangannya. Kau tau orang penting itu? Istri dan putrinya! Tuan Choi membunuh mereka tanpa rasa kemanusiaan. Ia menutupi kasus ini, mengarang cerita seolah-olah Istri dan Putrinya tewas karena sebuah kecelakaan.” Nara tampak tertunduk dalam,

membiarkan air matanya keluar dari balik matanya. Ia menghela nafasnya panjang, sedetik kemudian kembali menatap Hyo Ra.

“Kedua jasad itu,, entah tidak ada yang tau dimana jasad itu dimakamkan. Tuan Choi menutupi kejahatannya dengan rapi. Siwon, ia tak pernah tau rahasia ini, Sikapnya makin hari semakin berubah dingin kepada semua orang setelah ia mengetahui orang terpenting dalam hidupnya sudah meninggalkannya pergi jauh. Ia selalu berpikir jika orang asing akan menyakitinya.”

“Jadi dia benar tidak tau hal ini?”


“Ne (Ya).. Sekarang ia sangat membenci ayahnya. Ia bahkan kabur dai rumahnya, meninggalkan

Tuan Choi sendiri disana. Ia pernah ingin bunuh diri sehari sesudah tragedi kematian itu.” “Mwo ? (Apa?)”
“Jauhi Siwon jika kau ingin hidup nyaman bersama keluargamu!” Ucap Hyo Ra menolehkan

kepalanya kearah Nara.


“Keluarga?”


“Tuan Choi akan menyingkirkan siapa saja yang menggangu anaknya. Kau! Kau seperti ilalang ditengah rerumputan hijau. Ilalang itu harus dicabut sampai akar agar ia tak bisa mengganggu rerumputan hijau itu.” Ucap Hyo Ra ketus, menyisakan sakit hati dalam diri Nara. “Apa hubunganmu
dengan Siwon?” Lanjut Hyo Ra.




hatinya.

“Mwo? (Apa?) Kami hanya kenalan biasa.” Sahut Nara dengan kebimbangan dalam lubuk


“Benarkah? Baguslah kalau begitu. Nara-ssi aku sangat mencintai Siwon, kami pernah mencintai

satu sama lain.”


“Mencintai satu sama lain?”


“Ne (Ya),, awalnya semua baik-baik saja, tapi semua berubah setelah kejadian itu. Siwon membenciku, sangat membenciku.” Lirih Hyo Ra, menghapus setitik air mata disisi wajahnya. “Kami selalu bersama, dan disaat itulah keluarga kami sepakat untuk menjodohkam kami.” Lanjutnya

Nara tertawa kecil setelah mendengar kata-kata Hyo Ra, ia berlari menerobos butiran salju yang setia menemani langkah cepatnya. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Menjadi tontonan beberapa orang yang tengah berlalu lalang tak menjadi masalah baginya asalkan ia bisa mencapai tempat yang

nyaman sebagai tempatnya bernaung kini. Menangis di sebuah bangku disisi kiri halte Bus itulah yang ia lakukan kini. Menumpahkan rasa sakit dilubuk hatinya.

“Menangis?” Tanya seseorang mengusap kepalanya pelan, Nara yang merasakan sentuhan itu refleks mendongak menatap Siwon yang tengah memberinya sebuah senyuman hangat yang disambut pelukan erat oleh Nara. Menenggelamkan wajah buruknya di dada hangat milik Siwon cukup membuatnya merasa lebih lega. Siwon hanya mengusap punggung gadis itu pelan, ia cukup mengerti jika gadis ini sedang tidak baik-baik saja.

Matahari mulai meghilang dari tempatnya, menyisakan langit yang mulai gelap ditengah salju yang masih setia turun dari singgasananya. Siwon dan Nara hanya terdiam tanpa sepatah katapun. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing setelah kejadian yang cukup memalukan bagi Nara.

“Aku harus pergi sekarang, mianhe (Maaf) aku rasa kau bisa kembali sendiri ke rumahmu tanpa

ku antar bukan?” Tanya Siwon berdiri dari duduknya diikuti Nara yang menghapus air matanya.


“Gamsahamnida (Terima kasih) untuk semuanya Siwon-ssi.” Nara melemparkan senyuman termanis dalam hidupnya untuk Siwon. Laki-laki itu mengangguk sebelum melangkah dari tempatnya. Ada rasa enggan di hatinya, menolehkan kepalanya sejenak kearah Nara yang masih berdiri ditempatnya itulah yang ia lakukan.




DORR DORR




Suara cukup nyaring dipendengaran Siwon membuatnya bergetar hebat, rahangnya mengeras seketika ia berbalik menatap Hyo Ra yang masih tersenyum ditempatnya. Hati Siwon merasa lega, namun rasa itu hilang ketika ia menatap Dada kiri Nara yang mengeluarkan darah segar. Wajah Siwon panik ia berlari cepat memeluk tubuh Nara. Matanya mengintai mencari siapa yang melakukan hal semacam ini.

“Appa!” Guman Siwon ketika melihat Tuan Choi yang berdiri dibalik sebuah pohon tak jauh dari tempatnya. Dengan sebuah pistol hitam yang siap menembus jantung seseorang. Dan lagi suara nyaring itu terdengar! Kali ini Tuan Choi tersentak dari tempatnya, pistol yang berada di tangannya terjatuh dan terbelah menjadi beberapa kepingan.

“Na- Nara-ssi!” Lirih Siwon terjatuh masih memeluk Nara kuat, ia menahan rasa sakit akibat

peluru yang kini bersarang di punggung kirinya. Matanya terpejam-pejam menatap wajah Nara yang

penuh dengan darah. Siwon menarik tengkuk Nara dan menempelkan bibirnya diatas permukaan bibir Nara, ia ingin seklai mengungkapkan isi hatinya pada Nara. Namun semua terlambat gadis itu tak menggerakkan badannya sama sekali, tidak ada hembusan nafas dari hidungnya. Siwon meneteskan air matanya rasa sakit bercampuk aduk dengan sakit hatinya kini. Laki-laki itu menutup matanya erat seraya merapatkan tubuh mereka, ia ingin merasakan hangat tubuh Nara yang masih melekat disana walaupun gadis itu sudah pergi jauh darinya.

“Saranghae.” Itulah kata-kata terakhir dari mulut Siwon sebelum ia menutup matanya untuk yang terakhir kalinya setelah ia merasakan sakit yang teramat sangat dipunggungnya akibat peluru itu ,, ia pergi jauh menyusul Eomma, Kakak Perempuannya, dan gadis yang ia cintai Shin Nara.




25 Desember 2012




Di suatu pagi tepat di musim dingin, hari Natal telah tiba. Isi sebuah surat kabar cukup menggetarkan hati-hati setiap orang yang tengah membacanya. “Sepasang laki-laki dan perempuan ditemukan dalam keadaan saling memeluk erat satu sama lain dalam keadaan tidak bernyawa di sebuah Halte bus didekat Seoul Park, dengan pistol yang tertanam dijantung mereka masing-masing.”




END

1 komentar:

  1. Gambling 101 Casinos in Columbus, OH - MapYRO
    Discover gambling 101 casinos in Columbus, 광주 출장샵 OH and other places to play in 2021. What 성남 출장안마 can I bet 안성 출장안마 on 의정부 출장샵 when I land a winning 서귀포 출장마사지 bet on a horse race?What should I bet on in casinos in Ohio?

    BalasHapus