Sabtu, 01 Maret 2014

[Freelance] My Coach My Love part 3

Author: Deonida Yosi Rasdyasivi
Genre ff: comedy, sad, romance, friendship, action, dll.
Cast ff: Suzy MissA & Eunhyuk SJ
Leght FF: Part 3
Other Cast ff: Yuri SNSD, Jia MissA, Donghae SJ, Taeyeon & Sunny SNSD, Taecyeon 2PM, Fei MissA
Rating ff: umum

~Happy Reading~

 *Suzy POV*

“TETAP SEPERTI TADI DAN JANGAN MERUBAH POSISI! PERTAHANKAN KUDA-KUDA KALIAN SEMENTARA AKU AKAN MEMBENARKAN PUKULAN TEMAN KALIAN YANG KURANG SEMPURNA! Apa perkataanku tadi kurang jelas di telingamu, Bae Soo Ji ?!!” akh! Sekali lagi aku dipermalukan. Apa-apaan ini? Wajahku sangat merah karenanya. Menyebalkan, dia benar-benar menyebalkan!!

_skip_

Tak terasa, telah 4 bulan aku mengikuti karate. Dan sekarang aku telah memiliki sabuk kuning, tingkat kedua setelah putih. Kini Senpay Lee sudah tidak terlalu sering mempermalukan aku. Syukurlah, tapi tetap saja aku masih membencinya. Drrrtt..drrrtt…drrtt… Apa ini? Ponselku tiba-tiba berbunyi. Siapa yang menelfonku? Nomor ini belum pernah aku simpan sebelumnya.

“halo”

“sedang apa kau? Keluarlah dari kamarmu! Aku telah menunggumu di halaman rumah.” Suara ini, seperti sudah pernah mendengar sebelumnya. Tapi siapa?

“siapa kau?”

Tutt..tutt..tutt.. payah!

Aku mulai berjalan keluar kamarku, berjalan menuju pintu depan dan pergi ke halaman. Rumahku cukup luas, apalagi halamannya. Hhah.. tapi aku sudah jarang berkebun. Itu hanya membuang-buang waktuku saja.

“siapa kau? Dan untuk apa kau datang kema.. oh! Senpay Lee? Bagaimana kau? Dan darimana kau mendapat? Ekhm.. apa tujuanmu kemari?” aku cukup terkejut dengan hal ini. Banyak pertanyaan di benakku yang malah kacau saat kutanyakan padanya.

“kau mau tidur? Masih pukul 20.00 kau sudah mau tidur? Apa kau tidak malu dengan gaya berpakaianmu saat hendak tidur seperti ini? Sandal tidur, piama beruang, bahkan itu, rol rambut yang tergulung rapih di ponimu!” panjang sekali dia berkomentar tentang aku. Menyebalkan. Memang apa salahnya bila aku berdandan seperti ini? Toh, aku juga hanya ingin tidur.

“apanya yang salah? Tidur malam-malam tidak baik untuk kesehatan. Lagi pula, siapa juga yang akan menilai penampilanku saat aku tidur? Huum?!” dia menatapku. Tatapannya benar-benar membuatku tidak nyaman. Sejenak dia menoleh kearah rumahku. Melihat seperti sedang mencari seseorang.

“cari apa?” tanyaku ringan yang berhasil membuyarkan pandangannya.

“rumah seluas ini, kau hanya tinggal sendiri?” tanyanya heran.

“sebenarnya aku ditemani bibiku. Tapi dia sedang pergi ke gwangju untuk menengok anaknya yang sedang sakit”

“baiklah kalau begitu”

“apa tujuanmu kemari? Kau bahkan hanya melihat-lihat rumahku dari halaman ini. Astaga! Atau jangan-jangan kau akan mencuri?”

“hust! Berhenti berfikiran yang aneh. Aku hanya ingin memberitakan sesuatu padamu. Besok pagi akan ada turnamen di gedung olahraga seoul” kali ini Senpay Lee terlihat mulai serius.

“lalu apa urusannya denganku?” tanyaku santai sambil meminum air dari botol mineral yang memang sengaja aku bawa tadinya.

“kau. Kau yang akan mewakili sekolahmu untuk bertanding”

“uhuk..! uhuk! Uhuk! Apa katamu? Aku? Kau bahkan belum pernah mengajariku tata cara bertanding!” sebenarnya dia pelatih karate atau boneka badut dalam sirkus? Selalu saja mengagetkanku.

“aku akan mengajarimu malam ini. Lepaskan sandal tidurmu dan bertarunglah denganku.”

5 menit, 20 menit, 30 menit, hingga 2 jam aku mengikuti pelatihan malam ini. Ini sudah sangat melewati jam tidurku. Saat ini aku hanya duduk di kursi taman dan mendengarkan penjelasan darinya. Walaupun hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Konsentrasiku benar-benar dikendalikan oleh rasa kantuk.

_paginya_

Kriingg!! Kriingg!! Kriingg!! Apa ini? Pukul 04.00 . alaram? Aku selalu memasangnya pukul 05.00 . sebaiknya aku kembali tidur. Tapi tunggu! Bukankah tadi malam aku tidur di halaman? Ah, lupakan saja.

Nnggghhh…. Pukul 05.45 , apa? Akh, ini pasti karna alaram yang belum aku atur. Sial. Oh, apa ini? Ada secarik kertas yang tertempel di lemariku.

Persiapkan dirimu. Ingat! Hari ini kau akan bertanding. Cepatlah mandi dan sarapan. Kau akan masih punya waktu untuk menonton tv sebentar, karna aku telah membangunkanmu pukul 04.00 . aku akan menjemputmu pukul 07.00 . Eunhyuk.

Eunhyuk? Jadi panggilan Senpay Lee itu Eunhyuk? Pukul 07.00 dia ingin menjemputku? Tenang, masih satu jam lagi. HA! SATU JAM!!

“cepatlah Suzy! Kita bisa terlambat kalau kau selama ini!”

“iya! Apa kau tidak bisa bersabar sebentar?” kami memulai pagi ini dengan pertengkaran yang sering terjadi. Aku memasuki mobil Senpay Lee dan menuju ke gedung olahraga seoul.

“duduklah disini. Aku akan melihat dengan siapa kau akan bertanding nantinya.” Sesampainya kami di gedung olahraga seoul, Senpay Lee memintaku untuk duduk menunggunya. Dan tak selang beberapa lama, dia pun kembali dan menghampiriku.

“berita cukup buruk. Kau akan bertarung melawan Meng Jia, atlet karate yang memulai pembelajaran langsung di Jepang. Dia sering mendapat juara dalam pertandingan. Walau usia kalian hanya selisih satu tahun, tapi dia sudah memegang sabuk coklat dan akan naik pangkat menjadi hitam seminggu mendatang” dia Nampak panik namun aku menyikapinya biasa saja.

“tenang. Aku akan menang melawannya. Lihat saja.”

“kau yakin? Aku bahkan tidak yakin denganmu. Bagaimana bila kau kalah?”

“berarti kau telah gagal melatihku. Senpay EUNHYUK”

“diamlah! Jangan memanggilku seperti itu di depan umum!!”

Aku mencoba bersikap santai walau sebenarnya sedikit gugup. Aku hanya melihat sekeliling dan menunggu dengan sangat bosan. Hingga akhirnya..

“yang berikutnya, karateka Meng Jia dari Jepang di kubu biru. Akan melawan karateka Bae Soo Ji dari SMA KIRIN di kubu merah”

Pembawa acara mulai memanggilku untuk bertanding. Kurasa aku mulai gugup. Sebentar aku melirik Senpay Lee yang mulai memakaikan pelindung padaku.

“baiklah Suzy, kau pasti bisa. Fighting!” ia menyemangatiku dengan sebuah kepalan tangan yang diangkatnya. Ku balas dengan senyuman ringan untuk menutupi rasa gugupku.

Aku mulai menginjakkan kaki pada karpet area bertanding ini. Semua terasa dingin. Banyak penonton yang mengelu-elukan Meng Jia. Nyaliku terasa semakin ciut. Meng Jia yang ada di hadapanku nampak tersenyum licik. Sedangkan wasit yang akan memulai pertandinganku nampak mengerikan. Bagai singa lapar yang hendak memakanku bulat-bulat.

“beri hormat” kamipun saling menghormat dengan membungkukkan badan.

“siap,, mulai...!!”

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar