Nama : Khadijah Sima Murti
Genre : Romance & Sad (maybe)
Main Cast : Lee Hyukjae (Eunhyuk SuJu), Lee Ha Eun
Support Cast : Kang ahjumma, eomma Ha Eun, Appa Ha Eun
Leght : Oneshoot , Drabble -maybe)
Rating ff: PG-16
~Happy Reading~
Ha Eun duduk di pekarangan belakang rumahnya. Tangannya sibuk memetik
bunga aneka warna yang ada disana. Tak lama, awan mendung nampak
menggantung. Ha Eun segera mengambil keranjang bunganya dan
meletakkannya dalam pangkuannya. Tangannya menggerakkan roda kursi roda
yang dinaikinya. Yeoja itu memasuki rumah mewah serba putih yang tampak
megah.
Yeoja itu tersenyum miris. Rumah sebesar itu tampak
seolah tak berpenghuni. Benar benar sepi. Rumah itu memang telah lama
mati. sejak kecelakaan yang membuat Ha Eun bertumpu pada kursi roda yang
dipakainya beberapa tahun ini. Yeoja itu pergi ke ruang tengah dan
meletakkan sekeranjang bunganya di atas meja dan mulai merangkainya.
Hanya ini kegiatan yang dilakukan Ha Eun. Yeoja itu terlalu malu untuk
sekedar keluar rumah dan menyapa tetangga sekitar. Rangkaian bunga ke-5
sudah selesai. Tak heran jika rumah ini penuh dengan karangan bunga.
CKLEK..
Suara pintu dibuka. Tanpa harus melihat, Ha Eun tau siapa yang datang.
“ahh.. oppa.. hihihi..” , “sabarlah chagiya.” Ha Eun berusaha
mengabaikan suara namja yang telah menjadi suaminya itu. Dia membiasakan
diri dengan setiap yeoja yang dibawa Eunhyuk masuk ke rumah mereka.
Atau lebih tepatnya memaksakan diri untuk terbiasa. Ha Eun juga berusaha
untuk bersikap biasa saja, karena dia merasa sudah tak bisa
membahagiakan suaminya. Lagipula apa yang bisa dilakukan seorang yeoja
lumpuh? Tak ada. Ha Eun terus merangkai bunga tanpa melihat kearah lain.
Malamnya...
Eunhyuk menuju ruang makan. Ha Eun datang membawa semangkuk besar sup
rumput laut. Yahh.. paling tidak ia masih bisa membuat dirinya berguna
dengan memasak setiap harinya. Makan malam terasa hening. Tak pernah ada
pembicaraan yang tercipta diantara mereka. Yeoja yang tadi dibawa
Eunhyuk juga sudah pergi sejak 1 jam lalu.
PRANG
Sendok yang dipakai Ha Eun terjatuh. Yeoja itu menghentikan makannya dan
hanya menunduk. Eunhyuk mengambil sendok itu dengan kasar lalu
memberikannya pada Ha Eun, “kenapa kau selalu merepotkan orang lain?”
Eunhyuk berhenti makan dan menuju ke kamar. Ha Eun hanya tersenyum
miris. Air mata yeoja itu menetes.
Ha Eun membereskan peralatan makan lalu pergi ke kamarnya.
Esoknya..
Ha Eun bangun dari tidurnya. Yeoja itu meraih kursi rodanya dan keluar
dari kamar. Ha Eun menuju ke dapur dan menyiapkan sarapan. Tak lama
kemudian, Kang ahjumma datang. Kang ahjumma adalah pembantu rumah tangga
yang membantu dan menemani Ha Eun dari pagi hingga pukul 3 sore.
“nyonya sudah mandi?” Ha Eun menggeleng. "mari kita mandi nyonya." Kang
ahjumma mendorong kursi roda Ha Eun menuju toilet yang ada di kamarnya.
Sejak yeoja itu tak lagi bisa berjalan, segala urusan kamar mandinya
dibantu oleh Kang ahjumma. Jika ia butuh ke toilet saat malam hari, Ha
Eun terpaksa harus menahannya sampai esok menjelang. Karena mustahil
yeoja itu bisa melakukannya sendiri. dan lebih mustahil lagi jika Ha Eun
meminta bantuan Eunhyuk. Bahkan yeoja itu tak pernah bicara dengan
Eunhyuk sejak kecelakaan itu.
SKIP
Sarapan sama
seperti makan makan sebelumnya. Tanpa suara. Hanya gesekan sendok dan
garpu yang saling berbenturan menjadi pemecah keheningan. Tak ada yang
berniat memulai percakapan. Ha Eun yang selesai lebih dulu bergerak
menjauh dari meja makan. Eunhyuk melirik sebentar kearah punggung Ha Eun
yang makin menjauh. Tak lama, Eunhyuk ikut beranjak dan langsung pergi
ke kantor.
SKIP
Suara erangan erangan aneh terdengar
dari kamar Eunhyuk. Ha Eun menyumpal telinganya dengan Headset. Yeoja
itu tak mau atau lebih tepatnya tak sudi mendengar suara yang membuat
hatinya tergores sedemikian dalam.
Tepat pukul 12 malam, yeoja
yang tadi bersama Eunhyuk pulang ke rumahnya. Eunhyuk tak pernah
mengajak yeoja yeoja itu menginap.
Ha Eun segera masuk kedalam
kamarnya di lantai dasar. Yeoja itu memandangi foto pernikahannya 6
tahun silam. Seharusnya mereka sudah memiliki anak sekarang. karena
kecelakaan itu. Ha Eun harus kehilangan kemampuan berjalan dan juga...
janin dalam kandungannya. Yeoja itu menangis.. lagi. selalu seperti ini.
Ia akan menangis di malam hari tanpa ada seorang pun yang tau.
Esoknya...
Sarapan berlangsung seperti biasa. Hening. Sampai, “cukup.” Suara Ha
Eun yang cukup keras membuat Eunhyuk menatap bingung kearahnya. Bahkan
Kang ahjumma mengintip dari dapur. Pasalnya Ha Eun tak pernah bicara
sebelumnya. Sejak saat itu. Sejak kecelakaan itu. “aku.. aku sudah tak
sanggup lagi. semua ini terlalu menyakitkan. Jika kau kira aku tak sakit
saat kau membawa yeoja yeoja itu kemari, maka kau salah. Jika kau kira
selama ini aku diam karena tak perduli, kau salah besar. Kau tak tau aku
menangis setiap malam hanya karena ini. Kau tak tau aku hampir depresi
karena semua ini. Kecelakaan itu merenggut semuanya. Kakiku, janinku,
bahkan suamiku. Aku serasa hidup sendiri. aku tak mengenal suamiku
sendiri. Eunhyuk yang kucintai, tak seperti ini. Katakan. Katakan
padaku, dimana suamiku? Apa yang kau lakukan padanya?” Ha Eun mendekat
kearah Eunhyuk dan menamparnya. “kau kemanakan suamiku? Kembalikan
suamiku babo. Dasar kejam. Kau orang jahat.” Ha Eun terus memukuli
Eunhyuk.
Eunhyuk menyadari kalau Ha Eun sudah mengalami
depresi. Dan itu semua adalah salahnya. “DASAR IBLIS TERKUTUK.
KEMBALIKAN SUAMIKU BODOH!” Ha Eun mulai berteriak tak karuan. Kang
ahjumma berlari mendekati Ha Eun dan menarik kursi rodanya menjauh dari
Eunhyuk yang nampak kesakitan akibat pukulan bertubi tubi yang
dilayangkan Ha Eun. “KEMARI KAU SETAN. KUHAJAR KAU. DASAR PENGECUT.
KEMARI KALAU KAU MEMILIKI NYALI. LEPASKAN AKU. BIAR KUREMUKKAN KEPALA
IBLIS SIALAN ITU. DASAR BRENGSEK. AKU AKAN MEMBUNUHMU. HAHAHA..”
teriakan Ha Eun diakhiri dengan tawa jahatnya membuat Eunhyuk merasa
merinding. Eunhyuk merasa benar benar sakit. Sebegitu jahatnyakah
dirinya?
SKIP
Sudah 2 minggu berlalu. Eunhyuk hanya
diam dikamar tanpa mau keluar. Bahkan yeoja yeoja yang biasa menemaninya
ia usir dan ia maki habis habisan. Namja itu hanya menangis. Menyesali
semua yang telah ia lakukan.
Andai saja ia tak mementingkan
pekerjaan sehingga membiarkan Ha Eun menaiki taksi seorang diri,
kecelakaan itu tak akan terjadi.
Andai saja dokter mampu
menyelamatkan janin Ha Eun dan membuatnya bisa berjalan lagi, ia tak
akan malu mengakui Ha Eun sebagi istrinya.
Andai saja ia tak malu akan kondisi Ha Eun dan selalu mendukungnya serta tak berpaling darinya, semua ini tak akan terjadi.
Hhh.. teralalu banyak kata ‘andai saja’ dalam kepala Eunhyuk. “mianhae.” Ujarnya lirih dan terdengar pilu.
Sejak kejadian tempo hari, Eunhyuk sama sekali tak pernah bertemu Ha
Eun. Yang ia dengar, keluarganya membawanya ke rumah sakit jiwa. Dan
dengar kurang ajarnya, ia tak tau dimana alamat rumah sakit jiwa itu.
‘suami macam apa aku ini?’ batin Eunhyuk.
Tekad Eunhyuk sudah
bulat, ia akan menebus semuanya. Namja itu berniat menjemput Ha Eun di
rumah sakit jiwa dan membawanya pulang.
Eunhyuk menuju rumah
orang tua Ha Eun untuk menanyakan alamat rumah sakit jiwa tempat Ha Eun
dirawat. Meskipun namja itu tak yakin akan mendapat sambutan yang baik
nantinya.
Dan benar saja. Belum sempat memasuki ruang tamu,
Eunhyuk sudah diusir oleh Eomma Ha Eun, “pergi kau. Anakku seperti ini
karena kau. Harusnya kau senang Ha Eun sudah tak bisa mengganggu
kehidupanmu dan yeoja yeoja jalang itu.” Eunhyuk tertunduk. Perkataan
eomma Ha Eun terasa menusuk telinganya. “eommonim... aku..” , “cih. Aku
sudah tak sudi memiliki menantu sepertimu. Pergi kau..” eomma Ha Eun
sangat geram dengan Eunhyuk. “eommonim, kumohon.. biarkan aku menebus
semuanya.” Eunhyuk berlutut. “ada apa ini?” seorang namja paruh baya
keluar dari rumah. Melihat Eunhyuk berlutut, namja itu langsung tau
situasi apa yang terjadi.
“yeobo, masuklah. Biar aku yang urus anak ini.” Appa Ha Eun berusaha meredam emosi istrinya.
“Hyuk Jae –ya, lama tak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya appa Ha Eun
berbasa basi. “a.. aboenim, aku.. aku minta maaf. Aku gagal menjaga Ha
Eun.” Eunhyuk tertunduk. “bangunlah nak. Tak ada hal yang pantas
disesali.” Appa Ha Eun menyuruh Eunhyuk untuk berdiri. “aku akan
mengantarmu menuju Ha Eun.” Tambah appanya. Senyum Eunhyuk terkembang.
Bayangan wajah Ha Eun yang tersenyum hangat padanya memompa semangatnya.
Dan disinilah mereka..
Sebuah pemakaman. “mungkin kau terkejut, mungkin juga tidak. Tapi,
disinilah Ha Eun. Seminggu lalu, ia bunuh diri di rumah sakit jiwa. Tak
ada yang menyangka, yeoja polos itu menyimpan sebuah silet dibalik
pakaian rumah sakitnya.” Appa Ha Eun tersenyum miris. Eunhyuk terdiam.
“kau pasti tau apa yang dirasakan Ha Eun. Ini, dia menggenggam ini saat
ia memotong nadinya. Aku akan pulang. Terlalu lama disini bisa membuatku
tak nyaman. Ingat, jangan sampai kau menyesali hal yang sama untuk ke-2
kalinya nak.” Namja paruh baya itu menepuk bahu Eunhyuk pelan dan
meninggalkannya.
Air mata Eunhyuk menggenang. Namja itu
memandangi batu nisan dihadapannya dan kalung berliontin love itu
bergantian. “kenapa kau pergi? Saat aku baru akan menebus kesalahanku?
Bahkan aku belum sempat mengucap kata maaf dan selamat tinggal. Ani,
rencananya memang tak ada kaya selamat tinggal.” Eunhyuk mengusap air
matanya. “kau membuatku terlihat cengeng kau tau?” Eunhyuk tersenyum.
Terlihat memilukan.
Kalung itu terjatuh dari genggaman Eunhyuk. Liontin kalung itu terbuka dan menampakkan sebaris tulisan,
“Happy Anniversarry 6th Years Oppa.”
“kau benar, lusa adalah haru ulang tahun pernikahan kita yang ke-6. Dan
kita belum merayakannya. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali kita
merayakan Anniversarry. Ha Eun –ah, mianhae.. kau benar. Aku adalah
orang jahat. Mianhae.” Air mata Eunhyuk kembali jatuh. Ia sadar,
penyesalannya sudah terlambat.
S.A.D-E.N.D.I.N.G
Tidak ada komentar:
Posting Komentar