Sabtu, 01 Maret 2014

[Freelance] My Coach My Love part 13

Author: Deonida Yosi Rasdyasivi
No HP: 083840087225
Email: -
Tittle ff: My Coach My Love
Genre ff: comedy, sad, romance, friendship, action, dll.
Cast ff: Suzy MissA & Eunhyuk SJ
Leght FF: Part 13
Other Cast ff: Yuri SNSD, Jia MissA, Donghae SJ, Taeyeon & Sunny SNSD, Taecyeon 2PM, Fei MissA
Rating ff: umum

~Happy Reading~

 *sudut pandang Suzy*

Setahun berlalu sejak aku terakhir bertemu dengan Meng Jia di SMA KIRIN. Ya, aku dan Yuri telah lulus SMA. Kami bahagia karena kami dapat lulus dengan hasil yang baik, sama seperti kak Taeyeon dan kak Sunny. Tapi sayang, lulus sekolah ini Yuri tinggal bersama neneknya di Gangnam. Kami memang sering berkomunikasi, tapi bukan berarti rasa rinduku padanya dapat terobati. Malah aku menjadi sangat merindukannya.

Sudah setahun lebih aku tidak berlatih karate di SMA KIRIN. Tapi gerakkanku masih bagus dan terjaga kulaitasnya. Betapa tidak? Aku memang tidak latihan di SMA KIRIN tapi aku sering berlatih di halaman rumah. Sama seperti saat Senpay Lee melatihku sebelum aku mengikuti turnamen.

(play ost Suzy – I still love you instrument)

Kembali aku merindukan Senpay Lee. Entah apa yang ia lakukan di Jepang, aku telah menantinya selama 1 tahun. Namun sampai sekarang pun ia belum terlihat oleh pandangan mataku. Aku mulai menoleh amplop putih besar yang berhiaskan pita merah, titipan Senpay Lee melalui Jia. Aku mulai mendekati amplop itu dan meraihnya. Mampukah aku membacanya? Sanggupkah aku? Ku pegang amplop itu dan duduk di atas kursi di kamarku, sembari mengingat memoriku bersama Senpay Lee. Saat ia mengajariku, menghukumku saat aku terlambat, juga saat ia membuatku salah tingkah di depan teman-temanku. Dia sangat baik dan penuh kasih sayang. Sampai aku pun tak pernah canggung memeluknya saat aku sedih mau pun senang. Dan tanpa ku sadari air mataku telah menetes sedari tadi. Aku mulai mengelus kursi ini yang dulunya untuk tidur Senpay Lee saat menjagaku selagi aku mabuk. Tapi semua itu dulu. Kini, semua itu hanya kenangan yang hanya tersimpan dalam memoriku saja.

Dengan tangan gemetar dan penuh ragu, aku mulai mengangkat amplop ini ke depan mataku. Mengusapnya dan hendak melepas pita merah yang menghiasinya.

Ting Tong.. Ting Tong..

Aku mendengar bel rumahku berbunyi. Ku hapus air mataku dan kembali meletakkan amplop ini di meja. Gegas ku turuni tangga rumahku dan membuka pintu rumah yang besar nan luas ini.

“selamat da… untuk apa kau kemari?”

Tamu itu adalah Meng Jia, wajahku yang ceria kini berubah muram dan datar saat melihatnya.

“mengapa? Ada yang salah denganku? Ayolah, jangan menatapku seperti kau hendak memakanku”

“masuklah” ia mulai masuk dan melihat-lihat ruang tamuku. “silahkan duduk” Jia pun duduk di sofa. “Mau minum apa?” lanjutku lagi. Aku mencoba bersikap ramah seakan tidak terjadi apa-apa. Setelah ku pikir, menurutku Meng Jia tidak bersalah dalam kesedihanku ini. Aku sedih karena egoku sendiri.

“kau punya minuman yang segar? Musim panas telah mengeringkan tenggorokanku” jawabnya dengan senyuman. Ia terlihat sangat manis seperti itu, tidak seperti saat setahun yang lalu.

“baiklah, tunggu sebentar” ramahku.
_

“aku? Melatih siswa SMA KIRIN dan menggantikan posisimu? Kau jangan bercanda!”

Aku terkejut saat Meng Jia memintaku untuk melatih di SMA KIRIN. Yang benar saja? Aku belum pernah menjadi seorang pelatih meskipun sabukku telah bertingkat ‘coklat’.

“ayolah Suzy.. aku sangat membutuhkanmu untuk itu. Tapi sebelumnya, kau harus ikut aku ke pulau Jeju” mohon Jia menatapku penuh harap.

“pulau Jeju? Untuk apa?”

“di Jeju ada audisi pencarian bakat dalam bidang tarik suara” jawabnya lirih.

“kau ingin mengikutinya? Kau ini atlit karate. Mana bisa menyanyi?” aku mulai meremehkan Jia dengan tertawa geli.

“kau meledekku? Ayolah Suzy, ku mohon. Kau akan ikut dalam debut pertamaku. Walau ini ajang tarik suara, tapi ini bukan hanya menyanyi tapi juga pembawaan dan kecocokan kita untuk menjadi seorang artis”

“lalu, untuk apa mengajakku?”

“aku harus mempunyai teman untuk itu. Dan teman yang dapat ku bawa hanyalah kau”

“kau akan mentraktirku di Jeju? Menyewakanku kamar inap? Daaannn….”

“iya. Aku hanya butuh kau, bukan uangmu. Jadi, kau mau ikut?”

“tentu. Lagi pula, siapa yang akan menolak berlibur di pulau Jeju gratis. Jadi artis lagi” senyumku pada Jia.

“terimakasih Suzy. Baiklah, ayo ke kamarmu dan rapihkan barang-barangmu. Kita akan terbang ke Jeju malam ini” Jia menarikku menuju kamar.

“apa? Malam ini??!”

Aku tak menyangka bila malam ini juga aku akan terbang ke pulau Jeju. Segera kurapihkan barang-barang yang akan ku bawa nantinya. Pekerjaanku cukup ringan karna Jia turut membantuku. Aku tak menyangka bahwa aku dan Jia akan seakrab ini. Dia sudah seperti sahabatku Yuri. Jia sangat baik dan menyenangkan.

“surat ini belum kau baca?” Jia mengangkat surat putih besar dengan hiasan pita merah dari Senpay Lee.

“aku hendak membacanya tadi. Sini kembalikan! Itu milikku” aku merampas amlpop itu dan memasukkannya dalam koperku. Kamipun segera berangkat ke bandara, menuju pulau Jeju.

_

Cahaya abadi telah menembus jendela kamarku, menyilaukan mataku dan membuatku terbangun. Gegas ku buka jendela kamar ini dan melihat pemandangan luar yang sangat indah. Air laut biru yang nampak berkilauan tertimpa sinar mentari pagi. Ku hirup udara di sekitarku pagi ini. Hhahh.. indahnya suasana pagi di Pulai Jeju hari ini. Ya, aku sangat menikmatinya.

“Suzy, kau sudah bangun rupanya”

Tiba-tiba Jia memasuki kamarku yang memang sudah kubuka kuncinya. Ia menemaniku menikmati suasana pagi dari jendela. Lihat, betapa akurnya kami. Tidak seperti kejadian setahun yang lalu. Ya,,, walaupun rasa cemburu pada Jia masih menghinggap di benakku.

“ayo keluar, Kita akan bermain air di pantai. Dilihat dari wajahmu, sepertinya kau baru pertama kali menginjakkan kaki di pulau Jeju. Karna aku lebih tua darimu, aku akan menjagamu” senyumnya penuh tanggungjawab.

Inilah sikapku saat aku di tempat yang baru. Lambat laun, sifat egoisku, tinggi hatiku, keras kepalaku, kini sedikit berkurang. Ini memang pertama kalinya aku pergi ke Jeju dan bermain pasir di tepi pantai. Terakhir aku bermain bermain pasir di tepi pantai bukanlah di Jeju. Entah dimana tempat itu, yang pasti aku bermain bersama kedua orang tuaku.

“kau masih ingin bermain di sini? Okey, bersenang-senanglah dengan pantai ini. Tapi ingat! Jangan biarkan terik matahari membuat kulitmu menjadi gelap. Aku takut kau tidak lolos audisi nantinya”

Jia beranjak pergi meninggalkanku. Peserta utama memulai audisi hari ini, tapi untuk pendampingnya tidak ikut audisi. Kualitas pendamping diserahkan pada peserta. Hhuh.. lihat saja, pasti nanti aku tidak bisa tidur semalaman. Jia pasti akan melatihku sampai dia bosan.

Perlahan aku melangkahkan kakiku di bibir pantai sembari melihat-lihat pemandangan sekitar sini. Tempat ini bersih dan menenangkan. Andai aku bisa lebih lama di sini.

Aku mulai menepi dan meraik sebatang kayu kecil di atas pasir putih yang halus ini. Aku mulai menggambar seorang anak kecil yang berada di antara ayah dan ibunya. Mereka bergandengan tangan dengan senyum yang sangat lebar seperti potongan buah semangka.

Di tempat lain aku mulai menggambar lagi. Yang ini sedikit berbeda, terlihat seorang perempuan berambut panjang menggandeng seorang pria yang tinggi tegap. Mereka terlihat tersenyum penuh arti. Itu adalah gambar aku dan Senpay Lee, gambar yang tidak mungkin terjadi. Sampai ku tuliskan sebuah kalimat di bawahnya, ‘ My Coach My Love ’

Aku mulai beranjak pergi, meninggalkan tulisan dan gambar-gambar itu hingga terhapus hempasan ombak. Entah sampai kapan aku akan mencintai Senpay Lee. Aku tidak bisa melupakannya.

*sudut pandang Author*

Matahari telah tenggelam digantikan bulan, bintang-bintang telah bertabur menghiasi angkasa. Terdengar suara Jia mengetuk pintu Suzy dengan pelan.

“Suzy, apa kau di dalam?” bisik Jia dari luar kamar Suzy.

“masuklah, aku belum tidur” jawab Suzy yang tengah duduk meringkuk di atas kasurnya. Terlihat pandangan hampa di sana.

Segera Jia membuka pintu kamar Suzy dan berjalan masuk. Sebentar ia melirik amplop yang tak lagi asing di matanya. Amplop itu berasa di atas meja kecil dekat kasur Suzy. Nampak masih rapih dan belum terbuka sama sekali.

Suzy beranjak dari kasurnya dan berjalan melan mengambil buku catatan kecil dan sebua pena. Lalu ia kembali duduk di atas kasurnya dan menatap Jia.

“baiklah, sekarang materi apa yang akan kau berikan padaku malam ini” Tanya Suzy dengan suara malas.

“aku tidak akan membuatmu kelelahan malam ini. Apa lagi bila dilihat dengan kondisimu yang sepertinya kurang mood untuk melakukan sesuatu. Aku hanay ingin memberitaumu kalau aku akan mengajakmu berkeliling. Anggap saja ini latihannya dan sekaligus aku menepati janjiku, mengajakmu jalan-jalan gratis di Jeju”

“kau akan menjadi pemandu wisataku. hahaha” semurung apapun, Suzy mencoba untuk tersenyum dan tertawa.

_esoknya

“Jia,,! Apa kau sudah bangun? Kau sudah berjanji padaku untuk mengajakku jalan-jalan hari ini”

kini Suzy menagih janji pada Jia. Ia mengetuk pintu Jia dan segera masuk setelah dipersilahkan. Suzy telah berdandan cantik dan terlihat sangat manis. Ditambah senyumnya yang semakin membuatnya nampak cantik.

“kau sudah siap? Okey, duduklah di situ dan aku akan mandi” tanggap Jia beranjak dari kasurnya.

“sikat gigi saja! Supaya tidak lama!” teriak Suzy pada Jia yang baru saja memasuki kamar mandi membawa handuknya. “heh, dasar” gumamnya.

Suzy berdiri dan mulai berkeliling, mencari apakah ada yang menarik dalam kamar ini. Ia terus berkeliling seraya sedikit menyentuh hiasan-hiasan yang ada di dalam sana.

“hmm… tidak ada yang berbeda dengan kamarku. Hay Suzy! Ini hotel! Wajar saja kalau semua kamar ini sama!”

Suzy bertingkah aneh dan nampak seperti orang gila karena tak sabar untuk jalan-jalan. ia kembali duduk di tepi kasur Jia. Dan dengan tidak sengaja, ia melihat sebuah hiasan di atas meja kecil dekat kasur yang tak ada dalan kamar Suzy. Sebuah foto dengan bingkai berwarna ungu nampak manis bersebelahan dengan vas bunga di atas meja.

Namun semanis apapun itu, foto yang tengah di pandang Suzy tidak membuatnya tersenyum sama sekali. Ya, itu adalah foto Jia bersama Lee Hyuk Jae. Mereka terlihat sangat dekat dan akrab. Itu telah cukup untuk membuat Suzy kehilangan semangat dan keceriaannya pagi ini. Ia kembali murung.

Walau begitu, rasa rindu pada Lee Hyuk Jae kembali menghinggap. Suzy meraih foto itu dan mengelusnya pelan. Andai Suzy bekunjung ke pulau Jeju bersama Hyuk Jae, bukan dengan Jia, mungkin Suzy akan merasa sangat bahagia.

“apa kau menungguku lama?”

Suzy segera meletakkan foto itu ke tempat semula ketika ia mendengar suara Jia. Jia nampak bingung seraya mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk. Suzy tak menjawab pertanyaan Jia. Suzy malah tertunduk murung seperti dulu.

“ada apa denganmu? Sepertinya kau nampak ceria tadi” lanjut Jia.

“tidak. Tidak ada yang berbeda” Suzy menjawab singkat.

“hmm.. baiklah kalau begitu. Ayo! Ku ajak kau jalan-jalan di sekitar sini”

Suzy dan Jia segera pergi meninggalkan penginapan mereka. Jeju memang pulau yang indah. Sesekali Jia menunjukkan suatu hal bagus yang membuat Suzy sedikit tersenyum, menghapuskan sejenak muruh dari wajahnya.

Dan sampailah mereka di tengah jembatan klasik di tengah padang. Jembatan itu tak terlalu besar, mungkin bisa disebut jembatan kecil. Segera Jia merauk sakunya dan mengajak Suzy duduk di sekitar sana.

“ini untukmu” ramah Jia dengan memberi segenggam makanan ikan.

“apa ini?” bingung Suzy yang masih murung.

“makanan ikan. Lakukan saja seperti yang aku lakukan. Kau akan tersenyum saat melihat semua ikan berebut makanan di permukaan air”

Kemudian Jia menaburkan makanan ikan itu ke atas kolam. Dan benar saja. Semua ikan gegas naik ke permukaan, berebut memakan makanan yang telah ditaburjan Jia.

Tanpa di sadari, Suzy juga tersenyum saat melihat semua itu. Wajah bahagia dan ceria kembali menempel pada gadis manis ini. Suzy pun meniru apa yang telah Jia lakukan. Mereka tersenyum dan tertawa bersama melihat kelucuan ikan-ikan itu.

Hari mulai siang. Jia dan Suzy segera kembali ke penginapan dan beristirahat. Jia beristirahat di kamarnya sedang Suzy memilih duduk di taman penginapan yang tidak terlalu luas dengan ditemani secangkir kopi. Ia duduk dan merenung. Sebentar wajah murung kembali menginggap saat tak ada siapa-siapa di sekitarnya. Entah apa yang ia pikirkan. Apa ia rindu pada Hyuk Jae? kembali cemburu pada Jia? Merindukan orang tuanya? Atau bahkan merindukan Yuri? Entahlah, tidak ada yang tau tentang itu.

Di kemudian hari. Jia memulai debut pertamanya bersama Suzy. Ya, Jia lolos audisi. Debut pertama mereka adalah mempromosikan kenyamanan penginapan yang mereka tempati beberapa hari ini. Mulai dari halaman belakang, ruang makan, pintu masuk, dan kehangatan makan bersama di waktu malam. Mereka layaknya turis yang berkunjung menikmati malam di sana.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar