Author: Deonida Yosi Rasdyasivi
Genre ff: comedy, sad, romance, friendship, action, dll.
Cast ff: Suzy MissA & Eunhyuk SJ
Leght FF: Part 11
Other Cast ff: Yuri SNSD, Jia MissA, Donghae SJ, Taeyeon & Sunny SNSD, Taecyeon 2PM, Fei MissA
Rating ff: umum
~Happy Reading~
*sudut pandang author*
“dia tidak ada di sini”
“lalu, kemana ia pergi? Di sekolah, di rumahnya, bahkan di rumah bibinya tidak ada”
“kau, sudah mengetahui semuanya?”
“ya, aku sangat menyesal”
Itulah sedikit percakapan antara Yuri dan Taeyeon di depan rumah
Taeyeon. Yuri masih sangat panik dan menyesal dengan air matanya yang
tak pernah berhenti menetes.
“eh, Yuri. Dari mana saja kau?
Mencari Suzy? Hebat, baru sekarang kau mulai mencarinya. Apa kau pantas
disebut sebagai sahabat! Kau jahat Yuri, kau sangat Jahat! Kau tidak
pantas menjadi sahabat Suzy!”
Tiba-tiba datang Sunny dari
dalam rumah Taeyeon dan langsung memaki Yuri. Sunny masih sangat emosi
pada Yuri yang telah memperlakukan Suzy sesuai keinginannya. Yuri hanya
dapat menundukkan kepalanya dan menghapus air matanya yang selalu
memaksa untuk keluar.
“maafkan aku kak. Aku memang tak pantas
menjadi sahabat Suzy. Aku hanya ingin meminta maaf padanya dan aku akan
segera pergi meninggalkannya” lirih Yuri menanggapi celotehan pedas dari
Sunny.
“bagus. Pergilah dan jangan sakiti Suzy lagi!” mata Sunny melotot ke arah Yuri.
“Sunny,, dia juga sedang bimbang sekarang. Walaupun kita sudah lulus,
tapi dia juga masih junior kita. Dia juga adik kita layaknya kita
menganggap Suzy” bisik Taeyeon seraya menyenggol lengan Sunny dengan
tangannya.
“adikku hanyalah Suzy. Bukan dia!” singkat Sunny lalu masuk ke dalam rumah Taeyeon meninggalkan Yuri di luar bersama Taeyeon.
“maafkan Sunny karena dia sudah..”
“tak apa kak Taeyeon. Ini memang sudah sepantasnya aku terima”
Berjalan tertatung meninggalkan Taeyeon yang beraut wajah tak enak
padanya. Pandangan Yuri kosong dan hampa. Segera ia memasuki mobilnya
dan merenung di dalam sana. Mencoba menebak dimana Suzy sekarang.
_di lain tempat_
(play ost : Suzy – So Many Tears)
*sudut pandang Suzy*
Perlahan aku melangkahkan kakiku di terotoar dekt halte bus. Aku tak
tau harus pergi kemana lagi untuk menenagkan pikiranku. Semuanya kacau
dan runyam. Ku rasa kini Yuri tengah tersenyum lebar bersama Donghae di
taman kota. Inilah hari yang telah ditentukan oleh Donghae untuk
mengungkapkan perasaanya pada Yuri. Betapa bahagianya mereka yang kini
tengah diselimuti oleh cinta, di tengah lebatnya hujan salju ini.
Andai aku bahagia seperti itu. Andai aku mencintai orang yang juga
mencintaiku layaknya Yuri dan Donghae. Ya, Aku iri dengan mereka. Aku
bingung dengan perasaanku, mengapa aku dapat mencintai Senpay Lee yang
jelas-jelas tidak mencintaiku? Dan bahkan dia telah bersama dengan lawan
turnamenku, Meng Jia.
“bodoh! Bodoh! Bodoh! Hiks..”
Aku hanya dapat memukuli diriku sendiri. Aku benar-benar bodoh telah
mencintainya. Aku telah mencoba untuk melupakannya, tapi mengapa air
mata ini selalu menetes saat mengingatnya? Aku bahkan telah banyak
berbohong demi mendapatkan cintanya. Terlalu banyak air mataku hingga
aku tak mampu melihat dirinya.
“Mengapa semua ini harus datang padaku? Ibu, hiks.. ayah, aku merindukan kalian”
Ku tekuk lututku di sisi trotoar ini untuk menutupi wajahku yang telah
basah dengan air mata. Di saat seperti ini, aku benar-benar merindukan
ibu dan ayah. Mengapa pereka harus pergi secepat itu? Senpay Lee,,,
mengapa kau tidak mengatakan hal itu sejak awal? Kenapa kau membuatku
sangat merana seperti saat ini? Dan dimana sekarang kau berada. Aku
merindukan perhatianmu Senpay Lee. Aku sangat berharap bahwa kau ada di
sisiku untuk menghapus air mataku dengan tanganmu..
Aku mulai
berdiri dan menghapus air mataku. Aku kembali berjalan menelusuri
trotoar ini lagi, berjalan menuju bandara Incheon yang tak begitu jauh
dari halte bus. Entah apa yang aku inginkan dari bandara itu. Tapi
kakiku terus saja berjalan membawaku pergi. Hingga sampailah aku di
tempat tujuanku. Bandara Incheon.
Perlahan aku memasuki
bandara ini. Aku berjalan dengan pandangan kosong mengelilingi tempat
tunggu. Sudut demi sudut telah aku telusuri. Hingga aku berhenti dan
sedikit membulatkan mataku karna melihat sesuatu yang membuatku
terkejut.
“apa kau haus kak? Aku akan membelikan sebotol minuman untukmu”
“terimakasih sayang. Janganlah beli sebotol saja, tapi belilah sebotol lagi untukmu juga”
Aku melihat Senpay Lee yang sedang duduk di ruang tunggu ini mengorol
dengan Meng Jia seraya tersenyum tanpa beban. Seakan tidak lagi
mengingat ku dan tak akan pernah memperdulikan aku. Perlahat aku
berjalan mendekti Senpay Lee saat Jia telah meninggalkannya. Tatapanku
tajam pada Senpay Lee dengan derasnya air mata yang terus menetes.
“Suzy, kau kemari? Ke.. kenapa kau menangis?”
Senpay Lee nampak bingung melihat wajahku yang sangat murung ini. Tapi
ia masih belum menyadarinya, ia belum menyadari bahwa aku telah murung
karenanya.
“kenapa kau tidak menjawabku? Apa ini karena Yuri?
Atau Donghae? Dasar anak itu. Dia harus ku kasih pelajaran nantinya”
ucap Senpay Lee mengepalkan tangannya.
“ini semua karena kau Senpay Lee”
(play ost : Suzy – So Many Tears 03:18-04:16)
Ucapku singkat dan segera pergi meninggalkan Senpay Lee. Ku lihat ia
nampak bersalah, namun juga menuh dengan tanda tanya. Aku memang sengaja
mengatakannya sesingkat itu. Aku ingin ia mencerna baik-baik setiap
perkataanku. Aku berlari, pergi meninggalkan gedung bandara ini. Dan aku
pun duduk di kursi taman bandara Inchon karna tubuhku sangat lemas.
Sendi-sendiku terasa sangat kaku dan sulit untuk di gerakkan. Aku hanya
mampu menangis, menangis, dan menangis.
“hiks.. hiks.. oh.. hiks..”
Hanya ada isakan tangis dan hela nafasku di taman ini. Hatiku
benar-benar hancur, tak mengira semua ini akan terjadi. Kembali air
mataku menetes membasahi pipiku. Ya, aku terus menangis sampai hari
mulai gelap.
Aku mulai berjalan menuju bar malam tempat biasa
aku menghilangkan beban pikiranku. Aku duduk dan memesan segelas soju
yang telah menjadi sahabatku kala aku mendapat kesulitan. Pelayan telah
mengantarkan pesananku di atas meja dan aku pun mulai meraih gelas itu
dan hendak meminumnya. Tapi entak mengapa, kurasa meminum soju tidaklah
cukup untuk mengatasi ini semua. Bebanku sudah terlalu berat. Aku
kembali meletakkan gelas itu di atas meja, membayar soju yang belu
setetes pun ku tenggak. Aku kembali melangkah tertatung meninggalkan bar
ini.
*sudut pandang author*
Sementara itu, Yuri tak
lelah-lelahnya mencari Suzy menggunakan mobilnya. Ia terus menggigit
jarinya dengan melihat-lihat sisi kanan kiri jalan, berharap ia akan
menemukan sahabatnya. ‘eh, Yuri. Dari mana saja kau? Mencari Suzy?
Hebat, baru sekarang kau mulai mencarinya. Apa kau pantas disebut
sebagai sahabat! Kau jahat Yuri, kau sangat Jahat! Kau tidak pantas
menjadi sahabat Suzy’. Yuri kembali ingat kata-kata Sunny tadi siang.
Kata-kata itu bagai pedang bermata dua yang tengah menusuk dalam-dalam.
Yuri kembali tenggelam dalam tangisnya. Ia sangat menyesali ulahnya. Dan
kemudian…
CCCIIIIITTTTTT…..!!!!!!!!!!!!!!!! (anggep suara mobil nge-rem)
Yuri hamper menabrak orang yang tengah menyeberang di tengah gelapnya
malam. Yuri tidak menabraknya tapi orang itu menjatuhkan dirinya karena
shock. Gegas Yuri keluar dari mobilnya dan menghampiri orang itu. Namun
terkejutlah Yuri saat ia melihat siapa yang hampir ia tabrak.
“Suzy” kejut Yuri.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar