Sabtu, 01 Maret 2014

[Freelance] My Coach My Love part 14

Author: Deonida Yosi Rasdyasivi
Genre ff: comedy, sad, romance, friendship, action, dll.
Cast ff: Suzy MissA & Eunhyuk SJ
Leght FF: Part 14
Other Cast ff: Yuri SNSD, Jia MissA, Donghae SJ, Taeyeon & Sunny SNSD, Taecyeon 2PM, Fei MissA
Rating ff: umum


~Happy Reading~



*sudut pandang Suzy*

“hey! Surat itu masih tertutup rapi di atas meja. Kau sama sekali belum membacanya?”

“Tidak.. aku hanya,, hanya,,,”

“hanya apa? Kau nampak kebingungan”

“aku hanya belum sempat. Ya! Hanya belum sempat saja”

“kau aneh Suzy. Cepat kemasi barangmu.. kita akan pulang ke Seoul malam ini”

“uhm”

Audisi di pulau Jeju telah usai. Debut pertama Jia pun telah berjalan sesuai rencana. Kini waktunya bagi kami untuk kembali ke Seoul. Yeah,, mulai besok, aku ditugaskan oleh Jia untuk melatih SMA KIRIN. Entah apakah aku bisa atau tidak.

“ayo cepat! Kita akan ketinggalan pesawat kalau terlalu lama memakan bulgogi”

Kami telah sampai di bandara dan waktunya untuk menaiki pesawat. Tak ada kalimat lain dariku selain kalimat, “aku ingin segera memasuki rumahku” “apa yang akan ku lakukan setelah ini?” .

Pesawat telah ada di depan mata. Benar, kami telah mulai memasuki pesawat. Aku duduk di dekat jendela sedang Jia di samping kiri ku. Ku lihat Jia telah tertidur.

_

(Play Ost. – Girls Generation ~ Promise)

“kau tidak mau pulang bersamaku? Hey! Kau mulai canggung lagi denganku!”

“bukan itu maksudku,, aku hanya ingin berkeliling Seoul dulu”

“baiklah kalau itu maumu. Tapi ingatlah Suzy, kau sudah bertugas besok”

Apa Jia akan percaya begitu saja dengan ucapanku? Aku memang tidak mau pulang bersamanya. Tapi bukan untuk berkeliling Seoul, tapi karena aku ingin membaca surat dari Senpay Lee seorang diri.

“Taksi..!”

Dengan sedikit ragu-ragu, ku raih amplop yang tak asing lagi di mataku. Entah mengapa tanganku selalu gemetar saat menggenggam surat ini.

“huhh”

Aku mulai menghela nafas. Mencoba untuk menenangkan detak jantungku yang semakin berdebar. Perlahan namun pasti, ku lepaskan pita merah yang mengikat pada amplop ini.

“apakah aku siap ?”

“ya nona? Ada yang bisa saya bantu?”

“a,, tidak pak..”

Dengan sangat berhati-hati, ku keluarkan isi surat itu yang cukup tebal. Aku mulai membaca halaman pertama.

Hai Suzy, apa kabar?
Entah apa yang telah membuatmu marah padaku, sampai sekarang pun aku aku tidak tau. Maaf aku tak berpamitan padamu kalau aku pergi ke Jepang secara mendadak. Karna mungkin, kau masih marah padaku.
Aku juga tidak tau dengan apa yang sedang ku rasakan, tapi aku selalu ingin mengobrol denganmu, walau itu belum tentu terjadi. Aku di Jepang tak akan lama, aku tinggal 6 tahun. Setelah surat ini ada di tanganmu, berapa tahun kemudian kau mulai membacanya? 1, 2, atau 3 tahun? Tapi aku yakin kau pasti masih memiliki sisa waktu untuk menjemputku di bandara.
Hanya satu pesanku, jaga dirimu baik-baik. Jaga kesehatanmu dan keselamatanmu. Perguruan kita bukanlah perguruan yang abal-abal, perguruan kita banyak diburu untuk dihancurkan. Perguruan kita memang terancam, tapi pelatih-pelatih di dalamnya akan jauh lebih terancam. Mengingat kau ini gadis yang cantik, yang tinggal di rumah besar seorang diri. Aku tak mau kau mendapat situasi sesulit apa pun. Jangan percaya pada orang yang baru, entah siapa pun orangnya.

“kita sampai nona”

“terimakasih”

Aku akan mengirim sesuatu untukmu nanti. Tetap jaga dirimu, kesehatanmu, dan teruslah berdoa…

“AAAKH!! Siapa kau?!”

Belum selesai aku membaca suratku setelah aku turun dari taksi. Tapi kini aku telah dikejutkan oleh satu hal. Ada seorang pria seumuranku tengah tidur berpakaian rapih seraya memeluk tasnya di depan rumahku. Dia terkejut dan sekarang telah membuka matanya.

“maaf, tenang-tenang.. aku bukan orang jahat”

“lalu siapa kau?”

“perkenalkan. Namaku Lee Joo Eun, aku dikirim untuk mengurus warisan dari Bae Young Hwa”

“hey, itu nama ibuku. Tapi kenapa baru sekarang? Bukankah warisan itu diurus setelah pemegang waris telah berusia 18 tahun? Sekarang usiaku 20 tahun”

“benarkah? Jadi anda Bae Soo Ji?”

“ya. Mari kita bicarakan di dalam”

_

“sebenarnya saya juga bernasib hampir sama seperti anda. Saya seorang yatim piatu. Hanya saja saya rakyat kelas bawah. Tidak seperti anda yang hidup serba berkecukupan.”

“aku turut sedih mendengarnya. Tapi melihatmu, aku seperti mengenal wajahmu. Seperti teman semasa kecilku dulu waktu di Gwangju. Dia bernama Ok Taecyeon”

“orang seperti apa dia itu nona?”

“aku akan cerita tapi berhentilah memanggilku dengan sebutan nona. Panggil saja aku Suzy”

“ah, ya. Saya mengerti”

Usai membicarakan tentang warisan. Kami membicarakan topik lain. Mulanya tentang kehidupan Lee Joo Eun. Tapi sekarang tentang teman kecilku, Taecyeon. Ku lihat-lihat orang ini memang mirip dengan Taecyeon. Ya. Aku masih ingat jelas seperti apa wajahnya.

“jadi,, kau masih ingat dengan jelas segalanya tentang aku.. kau hebat Suzy”

“apa maksudnya?”

Aku berfikir sejenak, mencerna kata-kata yang baru saja di ucap oleh pria yang ada di depanku ini.

“jadi kau Taecyeon !!” teriakku.

“haha! Kau benar! Tapi profesiku, aku tidak berbohong. Aku memang bertugas untuk ini”

“ya aku mengerti. Tapi tentang kau yatim piatu,, aku tidak percaya. Bibi Hyun Tae masih tinggal di Gwangju kan?”

“iya, aku memang berbohong tentang itu. Tapi kondisinya sedang tidak baik. Dia sakit”

“aku turut sedih. Tapi kau akan tinggal dimana malam ini?”

“entah. Aku tak punya banyak uang untuk mencari penginapan”

“kalau begitu, kau boleh tinggal di sini. Aku masih punya kamar kosong”

“terimakasih Suzy.. kau memang sangat baik”

Senangnya bila bertemu dengan teman lama. Apa lagi saat kesepian seperti saat ini. Dia akan tinggal beberapa hari di rumahku. Mendengar ceritanya barusan, aku menjadi kasihan padanya. Mungkin kalau aku seedikit menabung dan mengirim sebagian tabunganku pada Taecyeon, aku akan sedikit membantu keluarganya.

_seminggu kemudian_

(play ost MissA - Breath)

Hari ini Taecyeon menemaniku berbelanja di suatu toko pakaian. Kami sudah sangat akrab seperti waktu kami kecil dulu. Aku memilih-milih pakaian di sudut kiri sedang ia di sudut kanan. Hhmm.. ternyata ini lebih menyenangkan dari pada memakan 10 porsi ice cream ukuran besar.

“Suzy, kau harus membeli yang ini! Ini juga, yang kuning juga bagus. Ini, pakai yang ini”

Taecyeon nampak baik padaku. Dia benar-benar membuat hidupku kembali berwarna. Malah, jauh lebih berwarna dibanding saat aku dengan Senpay Lee. Tapi ku rasa aku harus segera ke ruang ganti. Untuk apa lagi? Aku akan mencoba semua baju pilihan Taecyeon.

“menurutmu bagaimana?” tanyaku seraya mengangkat tanganku untuk bergaya.

“bagus, tapi warna kuning membuatmu terlihat gendut Suj Nuna (Suj = Suji , Nuna = panggilan kakak perempuan dari adik laki-laki)”

“apa katamu?? Suj nuna ??”

“kau lebih tua 1 hari dariku. Jadi aku harus memanggilmu nuna. Ini! Kau belum selesai mencoba bajumu Suj nuna”

“ish, kau ini”

_Next…

“bagaimana ?”

“tidak. Kau terlihat kampungan”

_Next…

“ini?”

“akh..pakailah jasku ini Suj nuna,, bajumu terlalu terbuka. Cepat! Cepat! Masuklah
ke ruang ganti”

“hahaha”

_

“jadi, mana yang akan kita beli?”

“semuanya Suj nuna. Kau harus miliki semuanya”

Ya, itulah kegilaanku bersama Taecyeon yang sama sekali belum pudar sejak kecil. Kami berjalan menuju kasir dengan setumpukan baju ini. Ku tatap dank u cermati wajah Taecyeon yang ceria. Tapi aku tau, terdapat sebuah kesedihan di sana.

Pelayan kasir mulai menghitung dan merapihkan baju yang sangat banyak ini. Ku rasa itu pekerjaan yang melelahkan. Melipat baju, memasukkannya dalam kantong plastik, hah.. membosankan.

“berapa totalnya ?” Tanya Taecyon pada pelayan itu.

“semuanya dua juta lima ratus ribu won” ramah pelayan kasir.

“sebentar” icapku seraya merogoh tasku dan mengacak-acaknya. “mm..
Taecyeon..” lanjutku.

“ya?”

“aku tidak membawa dompet” bisikku sedikit menunduk membelakangi kasir.

“apa? Kenapa bisa?” jawabnya ikut berbisik.

“aku lupa” bisikku lagi.

Dengan sikap yang seakan tak terjadi apa-apa, Taecyeon menegakkan badannya dan mulai mengeraskan suaranya.

“Suj nuna, ku rasa baju yang itu kurang, kita cari yang lain”

“apa yang kau lakukan??” bisikku heran seraya membulatkan mata.

“sstt.. diamlah!”

“maaf tuan, bajunya di sebelah sana. Itu pintu keluar” ucap pelayan itu pada Taecyeon.

“oh, iya.. mmbb.. kami hanya,, hanya,,,” jawab Taecyeon seraya menggandengku berjalan terus keluar dari toko itu.

“kami hanya,,,, LARI…!!!!”

Dengan cepat Taecyeon menarik tanganku, membawaku pergi dan terus berlari. Aku sempat bingung tapi aku terus mengikutinya. Lari, lari, lari,, dan terus berlari. INI BENAR-BENAR GILA!

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar