Senin, 03 Februari 2014

[Freelance] Wedding Dress

Author:Nadia Amalia Sari
Cast:Summer,Kris,dan Alana
Other Cast:Keyra dan Kyla
Genre:Sad,Romance,and Friendship

Ini terinspirasi dari MV Taeyang - Wedding dress. Mohon maaf kalau ada kesamaan tapi serius ide cerita asli dari otak saya

Happy Reading guys

Wedding Dress

Author: Nadia A.

Langit biru tertutup oleh awan gelap. Udara semakin dingin. Terlihat, udara mengepul dari nafas Summer. Jalanan dipenuhi oleh salju. Ia berjalan cepat seraya menjinjing gaun putih yang ia kenakan.
Wajahnya terlihat dingin dan tubuhnya gemetar. Buliran airmata mengalir dipipinya. Ia berharap ini mimpi tapi sayang semua sudah terjadi.

-----
Summer tersenyum senang memasuki sebuah gedung berinterior mewah yang didominasi oleh warna biru laut. Ia menjinjing gaun putihnya menuju podium tempat ia akan bernyanyi.
Ya.. Ia akan bernyanyi untuk pernikahaan sahabatnya, Alana. Wanita cantik berambut hitam yang merupakaan teman saat SMA.

"Hari ini salju turun dengan lebat" ucapnya pada ibu Alana.


"Maaf ya memintamu untuk datang saat cuaca sedang buruk"


"Ah tidak apa-apa. Ini hari yang baik dan bahagia untuk Alana"

Ibu Alana hanya tersenyum. Ia merangkul pinggang Summer.

"Sebentar lagi mereka datang"

Summer tersenyum.

Lonceng berbunyi mengiringi kehadiran mereka. Pintu terbuka lebar. Semua mata tertuju pada sosok Alana yang begitu cantik dan menawan.
Deg Deg. Jantung Summer berdegup dengan kencang. Matanya menangkap sosok yang sangat ia kenali. Sosok yang dulu pernah ia cintai. Kris.
Kedua insan itu tersenyum dengan bahagia. Semua orang melempari bunga saat mereka berjalan. Bukan hanya mereka yang merasa senang, tapi yang datang pun juga terlihat senang.
Summer menjauhkan microfone nya dan terlihat gugup. Ia menundukkan kepalanya. Ia tak sanggup melihat mereka.

"Summer?" tanya Ibu Alana.

"Maaf"

Summer kembali bernyanyi. Suaranya terdengar gemetar. Ia menahan airmata yang siap terjatuh.
Kris mengedarkan pandangannya untuk melihat Summer. Ia melihat kesedihan Summer. Kris tahu itu tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

*7 years ago*

Summer memandangi Kris yang sedang mendribble bola basket. Kris terlihat lincah dan terus tersenyum bahkan ketika ia terjatuh karena terdorong temannya.
Skor permainan dibabak kedua ini, sekolah Summer unggul 5 angka. Ia terlihat senang. Terlihat ia memberikan tepuk tangan yang keras saat pria itu mencetak nilai.

'bukan nilai yang membuatku bahagia. Bukan nilai yang mengesankanku ‘Tapi, senyumanmu. Ya... Senyumanmu' ucap Summer dalam hati.

Summer bersorak gembira. Permainan basket ini dimenangkan oleh sekolahnya. Ia bertepuk tangan. Ia berdiri diatas podium penonton.

Kris berkumpul dengan teman-temannya. Terlihat Alana menghampiri Kris dan memberikan sebuah handuk putih. Kris tidak menyadari bahwa Summer masih berdiri melihat kearahnya. Alana melambaikan tangannya pada Summer.

Summer hanya tersenyum kecil. Alana mengangkat jempolnya. Kemudian tersenyum penuh kemenangan.

"Kau memang beruntung menjadi ketua cheerleader" gumam Summer.

Summer berjalan menuju kelasnya. Hatinya bergejolak. Waktunya berada disekolah ini hanya tinggal 2 minggu lagi.

Summer memandangi daun-daun yang berguguran dari jendela kelasnya. Ia duduk dengan lemas. Sambil bertopang dagu, ia kembali memikirkan sosok yang mampu mencuri perhatiannya. Kris.
Ketua tim basket yang sangat tampan dan memiliki tubuh yang profesional. Kris yang sangat menawan dan populer jauh sekali dengan Summer yang tidak sebanding dengan Alana yang merupakan ketua tim cheerleader.

"Mereka cocok. Pasangan berbakat" lirih Summer.

"Summer" panggil Alana yang berdiri didepan pintu kelasnya.

"Sini masuk kenapa berdiri disana?"

Alana menghampiri Summer dan duduk dibangku sebelah bangku Summer.

"sayang sekali tadi Kris tidak lihat dirimu." ucap Alana dengan menyombongkan diri.
Tapi, sebenarnya Alana hanya bermaksud untuk menggoda Summer.

"Aishh, kau kan tahu Kris memang tidak pernah menganggapku ada. Yang dia tahu didunia ini hanya ada dirimu"

Alana hanya tertawa pelan. "Aku tahu kau juga menyukai Kris, tapi kau juga tahu aku lebih dulu menyukai Kris"

"Iya aku tahu. Tapi, sebenarnya aku hanya menganggumi bukan menyukai"

"Benarkah?" tanya Alana dengan menyelidiki.

Summer menganggukan kepalanya. Tapi, Alana masih menatap Summer dengan mata menyelidik.

"Berhentilah menggodaku!" ucap Summer seraya memukul tangan Alana.

Mereka tertawa. Dibalik tawa itu, Summer menggumam dalam hati.
'Aku hanya menganggumimu. Tapi, menyukaimu juga karena rasa kagum.'

Alana menangkap perasaan sedih dari mata Summer.

"Alana" panggil kedua teman Alana yang berpakaian cheerleader.

"Ayo kita latihan untuk perpisahan" ucap Keara berambut pirang gelap.Alana mengangguk.

"Summer kau ingin lihat aku latihan?"


"Iya. Kau duluan saja. Nanti aku menyusul"


"Ayo Alana" ajak Kyla.

"Baiklah."

Summer hanya tersenyum namun sedetik kemudian senyuman itu lenyap. Ia menulis sesuatu dikertas putih.

Aku terus menganggumi.
Begitu bodoh karenamu.
Aku yang payah.
Bersembunyi pada luka.

Kemudian, melipat kertas itu menjadi lipatan yang sangat kecil. Summer melangkah kakinya keluar dari kelas.


"Auu"

Ia meringis kesakitan saat bahunya bertabrakan dengan bahu seseorang. Ia tak sadar bahwa lipatan kertasnya terjatuh entah dimana.

"Maaf" ucap orang itu.Summer langsung pergi menuju ruang latihan Alana.

Orang itu menatap punggung Summer yang menjauh. Orang itu adalah Kris. Ia mengangkat kakinya ketika ia merasa menginjak sesuatu.

"Kertas apa ini?" gumamnya.

Ia menoleh kebelakang masih melihat punggung Summer. Kris membuka dan membaca kertas itu.

------

"1...2...3"

Summer tersenyum melihat Alana memberi aba-aba pada temannnya.

"Kalian harus lebih bersemangat. Ingat ini untuk hari perpisahaan kita"

"Alana" panggil Summer melambaikan tangannya pada Alana.

"Oh hai Summer" jawab Alana melambaikan tangan.

Tubuhnya menjadi tidak seimbang. Ia yang berdiri dipiramid kesatu terjatuh.
"Auu"

teman-temannya membantu Alana untuk berdiri.

"Upps, maaf" ucap Summer menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Disisi lain, Kris masih terlihat sibuk dengan kertas milik Summer. Tapi, Kris tidak yakin jika itu milik Summer. Tapi, siapa Summer? Kris sendiri tidak tahu siapa Summer.
Kakinya berhenti didepan mading sekolah. Mata Kris melihat tulisan tangan yang mirip dengan tulisan tangan dikertas itu.

"Summer?" ucap Kris melihat pojok tulisan itu terdapat nama Summer. "Aku baru mendengar nama itu"

Kris memutar tubuhnya. Ia berlari menuju tempat latihan Alana. Dan..

"Kris? Kenapa kau disini?" tanya Alana menghampiri Kris.

Kris tidak menjawab. Ia mengedarkan matanya mencari sosok Summer.

"Apa tidak ada oranglain selain kalian?"

Alana menengok keteman-temannya.

"Tidak ada. Kau mencari siapa?"

Kris keluar dari ruangan itu. Ia pergi menuju taman dan menemukan Summer yang sedang menggambar.
Summer menatap sepasang sepatu yang berdiri didepannya.

"Apa kau sedang mencoba untuk menggambarku?"

Summer terkejut. Ia berdiri sambil menutup buku gambarnya.

"Ini pertama kalinya aku melihatmu"

"Sepertinya ini milikmu"

Summer tambah terkejut. Ia mengambil kertas miliknya dengan perlahan.

"Benarkan kau sedang menggambar diriku?"

Summer melihat gambarnya dengan diam-diam. Lalu, menyerahkan gambar itu pada kris.

"Aku menggambar dirimu karena Alana. Karena, dia sangat menyukaimu. Tidak ada alasan lain"
Setelah memberikan gambar itu, Summer berlari menjauh dari Kris. Pria itu bahkan tidak sempat untuk mengejar Summer.

Ia menatap dirinya dari gambar Summer. Sangat mirip dan bagus. Tidak ada yang kurang. Tepat. Sempurna. Kris tersenyum.

--------

Pengumuman kelulusan. Tim cheerleader Alana melakukan aksinya dengan sangat baik tanpa ada kesalahan.

"Selamat ya" ucap Summer.

"Terimakasih"

Kris melihat mereka yang saling berpelukan.
"Maaf aku mengganggu"

"oh tidak apa-apa" ucap Alana.

Alana mendouble pakaiannya dengan seragam dan menyerahkan spidol merah pada Kris.

"Beri aku kenangan"

Kris tersenyum. Ia memberi tanda tangan dibaju Alana. Summer hanya tersenyum. Ia melihat Kris menuliskan 'mencintaimu selalu'.

Bodoh! Summer begitu bodoh melihat tulisan tulisan itu. Ia tak menyangka Kris juga menyukai Alana.

"Aku keluar ya" ucap Summer.

Kris melirik Summer.

"Sudah"

"Terimakasih" ucap Alana.

Summer tersenyum melihat teman-temannya saling memberi tanda tangan dibaju mereka. Summer melihat bajunya yang memang sudah penuh tapi tidak ada tanda tangan dari Kris.

"Tunggu" teriak seseorang.

Summer menoleh kebelakang. Terlihat Kris berlari kearahnya.

"Kau tidak ingin tanda tangan dariku?"

"Tidak ada tempat lagi"

"Oh begitu. Baiklah"

Suasana diam menghantui mereka. Sedikit agak canggung.

"Setelah ini apa rencanamu?"

"Aku.. Akan kuliah di Perancis"

"Benarkah? Dengan Alana?"Summer mengangguk.

"Sudah hampir sore. Aku harus pulang. Sampai jumpa" ucap Summer.

Summer melangkahkan kakinya dengan pelan. Ia berharap Kris memanggilnya. Ia menghitung dalam hati. 1... Tidak ada panggilan. 2... Belum juga. 3...

"Summer" senyum Summer merekah.

"Ya?"

"Terimakasih ya sudah menjadi teman baik Alana dan menjaga dia"


Hati Summer mendadak sakit. Ia tersenyum pahit.


"Hanya itu?" Kris mengangguk ragu.


"Sama-sama"

Summer kembali memutar tubuhnya.

"Summer"

Terdengar langkah kaki Kris mendekat pada Summer.

"Maaf selama ini aku tidak pernah melihatmu ada. Maaf karena aku tidak membalas perasaanmu"

Dengan berat hati, Summer menegakkan kepalanya. Meski airmata telah menggenang dimatanya.

"Aku hanya menganggumi seperti teman-temanku yang lain. Perasaanku tidak seperti perasaan Alana yang tulus mencintaimu. Aku hanya sebagian kecil dari fansmu yang kapan saja datang dan pergi"

"Benarkah?" ucapan Kris terdengar sangat kecewa dengan Summer. Summer memutuskan untuk pergi dengan hati yang sakit.

--------

Papan pengumuman keberangkatan pesawat ke Perancis menunjukkan pukul 14.35. Alana menunggu Summer dengan resah. Ia terus menghubungi ponsel Summer tapi tetap tak ada jawaban.
Disisi lain, Summer memperhatikan Alana dari lantai atas bandara. Ia tak ingin menyakiti Alana tapi ini harus ia lakukan. Handphonenya terus bergetar.
Summer terpaksa mematikkan panggilan dari Alana. Ia mengirim pesan pada Alan.

To: Alana Matilda

Terimakasih sudah menjadi teman baikku. Maaf aku harus mengingkari janji kita. Ada baiknya jika kau pergi ke Perancis sekarang tanpa aku. Alana.. Aku tidak akan pergi. Aku tidak dalam keadaan baik sekarang. Jangan khawatirkan aku. Kau pergilah. Dan, belajar dengan rajin.
 Summer

Summer menangis. Ia tak mampu terus berada dalam posisi ini. Menyakiti Alana, keluarganya dan tentu saja diirinya sendiri.

"Maafkan aku Alana. Sakit Hati ku ini adalah alasannya"

Terdengar pengumuman bahwa pesawat menuju Perancis akan lepas landas. Alana mencengkram kuat kopernya.

"Jika ini yang kau mau, akan aku lakukan. Suatu hari nanti kita akan bertemu lagi Summer" tekat Alana.

Ia menarik kopernya menuju pesawat. Summer mengangguk melihat kepergian Alana.

-----

kejadian 7 tahun yang lalu kembali berputar diingatan Summer. Sekarang disinilah ia berdiri. Memandangi Kris dan Alana yang sudah resmi menjadi pasangan suami-istri.

"Tidak apa asal kalian bahagia" gumam Summer.

"Aku sadar kalau ada lukisanmu. Siapa yang membuat?" tanya Alana menunjuk sebuah lukisan.

"Summer. Dia yang membuat"

"Oh. Pantas. Dia memang berbakat. Tapi, kapan dia melukismu?"

"Saat pertama kali aku melihatnya"

Alana melirik Kris yang sedang tersenyum kearah Summer.

"Kau ingin berbicara dengannya?"

Kris mengalihkan pandangannya pada Alana.

"Apa boleh?"

"Tentu. Aku percaya padamu"

Summer tidak kuasa menahan airmatanya. Hatinya kembali sakit. Ia menjatuhkan mic dari tangannya dan berlari keluar meninggalkan acara itu.

"Summer !" teriak Ibu Alana.

Para tamu undangan melihat Summer dengan heran. Kyla dan Keara juga seperti itu.
"Ada apa dengan dia?" tanya Kyla.

"Entahlah" jawab Keara

Kris terlihat terkejut begitu juga dengan Alana.

"Summer!" teriak Kris.

Kris berlari mengejar Summer.

"Kris" cegah Ibu Alana.

"Tenanglah. Kris akan kembali" ucap Alana dengan tenang.

Kris terengah kelelahan mengejar Summer. Ia melihat wanita itu berjalan dengan lemah. Kris mengumpat sial. Jika saja Salju tidak turun.
Kris melangkahkan kakinya dengan cepat. Udara mengepul dari nafasnya. Wajah dan tangannya menjadi dingin.
Kris menarik lengan Summer.

"Kenapa kau pergi?" tanya Kris.

Summer menatap Kris dengan dingin. Ia menghempaskan tangan Kris dengan kasar.

"Aku ingin merasakan salju"

"Bodoh! Kau bodoh! Kau bisa mati karena kedinginan."

"Tidak apa-apa. Hatiku memang sudah mati"

"Beri aku alasan, kenapa kau begitu bodoh?"

Mata Summer mulai berkaca-kaca.

"Karena, aku terus menganggumimu. Begitu bodoh karenamu. Aku begitu payah. Bersembunyi pada luka"

Kris diingatkan kembali oleh isi kertas milik Summer.

"Luka dihatiku karenamu. Hingga berbekas. Sulit untuk diobati. Hingga Aku harus hidup bersama luka ini. Itulah alasannya kenapa aku begitu bodoh"

Kris merasa iba melihat Summer meneteskan airmata. Ingin ia menghapusnya tapi kini tangannya hanya untuk menghapus airmata Alana.

"Aku takut pada perasaanku sendiri. Tapi, sekarang kau tahu setulus apa perasaanku"
"Kenapa.. Kenapa tidak katakan sejak dulu?"

"Aku mencoba untuk mengatakannya. Tapi, percuma saja jika kau tidak pernah melihatku ada."
Kris teringat pada Alana yang menunggunya.

"Maaf. Karena, selama ini mataku hanya melihat Alana."

Summer tersenyum. Ia memutar tubuhnya membelakangi Kris.

"Sejak awal memang seharusnya aku tidak datang. Kebodohanku yang lain adalah aku tidak sadar bahwa masa depan Alana adalah dirimu"

Kris menahan lengan Summer lagi. Dan, lagi-lagi Summer menghempaskannya.

"Pergi dari kehidupanku. Aku bisa membencimu sekarang juga"

Summer pergi meninggalkan Kris seraya menjinjing gaun putihnya. Membiarkan salju turun menghujani tubuhnya. Membiarkan tubuhnya menjadi kaku bersama luka.

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar