Senin, 03 Februari 2014

[Freelance] Gone


Author: Dian Alifia
Genre : Sad, romance
Cast : Xiumin, Kim You Jung
Leght
: Oneshoot
Other Cast: Tao, Lay
Rating ff: G

~~^^Happy Reading^^~~

Disebuah rumah mewah seorang pria sedang memainkan sebuah piano dengan lincahnya. Orang yang mendengar sentuhan-setuhan alunan nada yang ia mainkan pasti terkagum-kagum betapa merdunya permainannya.

Guru les pianonya yang bernama Lay memuji permainan pria itu.

“Permainanmu semakin bagus, Xiu”. Puji Lay.
“Itu berkat dirimu, Guru”. Jawab Xiumin tersenyum.

Xiumin melanjutkan permainan indahnya kembali, jari-jarinya mengabsen satu persatu nada not yang ia mainkan.

Ia menelusuri setiap lorong rumah mewah itu, sebuah foto terpajang disetiap lorong. Sebuah foto guru Lay bersama seorang gadis tanpa ada senyum dibibirnya, ekspresi wajahnya begitu dingin, gadis itu seperti kesepian.

Seorang gadis sedang duduk sendiri disebuah bangku taman rumah mewah itu, seorang gadis yang sama dengan di foto yang Xiumin lihat. Xiumin berusaha ramah padanya, ia melambaikan tangan dan tersenyum pada gadis itu. Tak ada respon dari gadis itu, ia hanya menatap kosong dengan matanya yang sayu.
“Cih…sombong sekali”. Gumam Xiumin.

Seorang pria separuh baya tengah berdiri diambang pintu gerbang, ia memberi hormat pada Xiumin, ia pun membalas memberi hormat pada pria separuh baya itu. Seorang pria tegap berjas hitam membuka pintu mobil berwarna silver, dia adalah supir untuk menjaga Xiumin.

“Tuan muda ingin pergi kemana?”. Tanya supir itu
“Kita pergi ke toko buku, aku ingin membeli sesuatu”. Jelas Xiumin

Supir yang bernama Tao itu pun melajukan mobilnya kesebuah toko buku ternama disebuah kota Seoul. Ditengah perjalanan, tiba2 rasa sakit menyerang jantung Xiumin lagi. Ia mengambil tabung berukuran kecil yang berisi butiran-butiran kecil yang dapat menghilangkan rasa sakit yang begitu nyeri tepat dijantungnya.

“Tuan muda tidak apa2? Apa kita ke Rumah Sakit”. Ucap Tao cemas.
Xiumin mengambil beberapa butir obat dan memasukkannya keperutnya.
“Tak perlu, aku sudah meminum obat, nanti juga sakitnya hilang”. Jelas Xiumin memegang dada kirinya dan sedikit meremasnya.

Tao mengangguk mengerti, melirik sekilas Xiumin dari kaca mobil. Ia melihat raut wajah Xiumin yang begitu benci dengan penyakit yang dideritanya, penyakit jantung yang ia derita sejak kecil begitu menyiksa Xiumin. Dia tak bisa sembarangan melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kerja jantungnya yang mungkin dapat membuatnya mati mendadak.

#flashback#
Seorang anak kecil tengah bermain bersama teman2nya disebuah lapangan yang cukup besar untuk bermain sepak bola. Ia menggiring bola dengan lincahnya, dengan senyum diraut wajahnya. Senyum itu perlahan menghilang, digantikan oleh sebuah raut wajah yang kesakitan. Anak kecil itu meremas dada kirinya.

Ia langsung dibawa kerumah sakit oleh Tao. Untung tak terlambat, jika terlambat sedikit saja pasti nyawanya bisa lenyap. Tao benar-benar harus menjaganya sepanjang waktu.
#flashback end#

Ia mengabsen rak demi rak mencari sebuah buku yang ia inginkan. Sampai akhirnya mendapatkan sebuah buku yang berisi tentang music bagaimana cara membuat. Ia ingin menciptakan sebuah lagu sendiri untuk orang yang special baginya.
~~~~~~~ooooOoooo~~~~~~~

Xiumin kini sedang makan malam bersama Eomma dan Appanya. Mereka sibuk dengan aktivitas mereka masing2, tak ada yang bersuara selain gesekkan sendok dengan piring. Hening ini terlalu hening, beginilah keadaan keluarga Xiumin saat mereka berkumpul makan bersama, tak ada canda tawa yang menghiasa makan malam mereka. Hingga Eommanya membuka suara.

“Xiu, bagaimana lesmu tadi”. Tanya Eomma Xiumin.
“Seperti biasa Eomma, menyenangkan”. Jawab Xiumin seadanya.
“Apa ada sesuatu yang baru kau temui disana?”.
“Hmmm, aku bertemu seorang gadis. Dia sombong sekali, aku melambaikan tangan padanya tapi tak direspon”. Jelas Xiumin, mempout bibirnya
“Mungkin dia tak menyadari kehadiranmu”. Hibur Eommanya.
“Bagaimana mungkin Eomma, jelas-jelas dia mel….”. ucapan Xiumin terhenti saat suara decitan sebuah kursi.

Appanya menggeser kursinya setelah ia selesai makan.

“Jangan sekali-kali kau berani berhubungan dengan gadis itu, jauhi dia”. Jelas Appanya
“Memangnya kenapa?”. Tanya Xiumin bingung
“Tak usah banyak tanya. Turuti saja apa kata Appa, kau mengerti”.

Xiumin menopang dagunya dan memainkan makanannya, dia masih bingung kenapa Appanya melarangnya berhubungan dengan gadis itu.
“Cepat habiskan makananmu, lalu tidur. Kau pasti capek”. Ucap Eomma Xiumin.
“Eumm, iya Eomma”.

Ia merebahkan tubuhnya disebuah ranjang yang begitu lembut selembut sutera. Ia menatap langit-langit kamarnya, perlahan ia memejamkan kedua matanya sambil mendengarkan alunan instrument music dengan volume yang tak begitu keras.
~~~~~~~ooooOoooo~~~~~~~

Pagi yang begitu cerah, seorang gadis berparas cantik bangun dari tidur. Ia beranjak dari ranjang menggapai sebuah tongkat yang tak jauh darinya. Ia langkahkan kakinya perlahan kesebuah ruang tak begitu besar untuk ia mandi. Kini tubuhnya dibasahi oleh air shower yang menetes sangat derasnya seperti hujan. Ia mengusap lembut tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kakinya.
Skip^^

Ia duduk disebuah bangku taman rumahnya seperti biasa. Ia merogoh saku kemejanya mengambil sebuah benda untuk ia dengarkan ditelingannya. Saat itu Xiumin berjalan melewatinya dari jauh, ia melihat gadis itu.

“Cih..gadis sombong itu lagi”. Gumamnya memandang gadis itu

Gadis itu mencoba memasang sebuah benda yang dinamakan earphone, tapi benda itu terjatuh. Ia mencoba menggapai, meraba setiap tanah bercampur rumput disetiap telapak tangannya. Xiumin menatapnya nanar.

”Astaga, dia ternyata buta. Aish aku sudah berprasangka buruk padanya”. Batin Xiumin
Ia langsung meghampiri gadis itu dan memungut earphonenya.
”Ini milikmu”. Ucap Xiumin menggapai tangan gadis itu menyerahkan earphone tersebut.
“Gomawo”. Ucapnya berterimakasih.
“Aku Xiumin, kau siapa?”
“Kim You Jung”. Ucapnya tersenyum
“Kau suka mendengarkan music”. Tanya Xiumin
“Eummm…Instrumen”.
“Kau mau mendengarkan permainan pianoku”. Ajak Xiumin

Ia mengangguk mau, Xiumin menggandeng tangan Youjung, ia menuntunnya perlahan menuju ruang praktek lesnya. Appa Youjung yang tak lain guru Lay, ia merasa senang bahwa anaknya mempunyai teman. Apalagi Xiumin yang menjadi temannya, ia melihat raut wajah Youjung yang tadinya begitu dingin, kini begitu bahagia dengan senyum dibibirnya.

Xiumin memberi salam pada Guru Lay begitu juga dengan Youjung.
“Annyeong, Guru Lay”. Ucapnya tersenyum duduk bersama Youjung disebuah bangku didepan piano.
“Annyeong Appa”.

Xiumin mulai mempermainkan piano dengan jemarinya yang begitu fasih, Youjung yang mendengar setiap alunan nada instrument yang keluar, menutup matanya menikmati betapa indahnya permainan Xiumin.

Lay meninggalkan mereka berdua, Xiumin mengajari Youjung bagaimana cara bermain piano. Perlahan tapi pasti ia dengan tulus mengajarkan Youjung piano. Rasa sakit mulai menghampiri jantung Xiumin, ia mengerang kesakitan memegang dada kirinya. Ia mengambil tabung berisi butiran kecil berupa obat yang biasa ia minum. Youjung yang mendengar suara erangan Xiumin yang tak begitu keras tapi masih bisa didengar olehnya dan juga, suara decitan sebuah tutup yang terbuka.

“Apa itu”. Tanya Youjung bingung.
“Bukan apa2 hanya permen”. Dusta Xiumin

Ia mengambil satu buah permen warna warni dan memberikannya pada Youjung.
“Buka mulutmu, aaaakkk…”. Youjung membuka mulutnya dan menerima permen yang begitu manis didalam mulutnya.

Youjung tersenyum begitu juga dengan Xiumin, ia tersenyum memandang jemarinya yang baru saja menyentuh bibir pink Youjung. Jantung Xiumin merasa sakit kembali, bukan rasa sakit yang biasa ia rasakan, tapi jantung ini terasa berdetak mengikuti alunan2 nada instrument yang indah saat bersama Youjung.
~~~~~~~ooooOoooo~~~~~~~

Kini segaris senyum selalu menemani keseharian Youjung, ini berawal saat ia bertemu dengan Xiumin. Ia tak menyangka bisa merasa sebahagia ini. Appanya Xiumin sepertinya mengetahui, bahwa Xiumin berhubungan dengan Youjung si gadis buta itu. Akhir-akhir ini Xiumin pulang terlambat, pantas saja Appanya mencurigainya. Appanya mengutus 2 bodyguard untuk mengawasi Xiumin saat ia les piano.

“Appa, kenapa kau selalu mencampuri urusan pribadiku. Berhentilah mengaturku, aku ini bukan seorang tahanan”. Teriak Xiumin kesal
PLAK
Tamparan yang begitu keras mendarat disebuah pipi lembut Xiumin, rasa panas yang ia rasakan dan juga rasa sakit hati pada Appanya. Matanya berkaca-kaca, ia memegang bekas tamparan yang ia terima. Ia tersenyum kecut dan berlalu pergi.
Skip^^

Xiumin mengajak Youjung pergi ke taman rumah Youjung, sebelum itu ia mengintip apakah bodyguard2 Appanya ada atau tidak. Serasa aman Xiumin pun menarik tangan Youjung.

“Ayo tangkap aku Youjung”. Ucap Xiumin
“Kau dimana”. Ucap Youjung berusaha mencari keberadaan Xiumin
“Aku disini”. Ucap Xiumin bertepuk tangan sekali.
“Tunggu aku, aku akan menangkapmu”.

Selesai bermain mereka duduk dibangku yang biasa Youjung tempati. Youjung mengabsen setiap lekuk wajah Xiumin, ia tersenyum memejamkan mata saat jemari-jemari tangan halus milik youjung menelusuri setiap detail wajahnya.

Ia menuntun tangan kanan Youjung ke dada kiri milik Xiumin.
“Apa kau merasakannya”.
“Eum…rasanya seperti dentuman nada instrument yang selalu kau mainkan”. Jelas Youjung.

Beberapa saat kemudian 2 bodyguard dan juga Tao menghampiri Xiumin. 2 bodyguard itu menyeret Xiumin dengan paksa, memisahkan dua insan yang sedang duduk berbahagia. Lay melihat dari jendela atas rumahnya, ingin sekali ia membantu, tapi apa daya ia tak bisa ikut campur dalam urusan ini. Ia hanya menatap nanar, Youjung mengayunkan tangannya mencari keberadaan Xiumin, hingga ia terjatuh dan airmatanya ikut terjatuh di pipinya.
“Xiumin…”. Teriaknya
“Youjung…Kim Youjung”. Teriak Xiumin, mencoba lepas dari 2 bodyguardnya
“Lepaskan…. Youjung, tunggu aku. Aku akan kembali untukmu”.

Sejak hari itu Youjung tak pernah bertemu dengan Xiumin, tak ada lagi segaris senyum dibibirnya. Ia selalu setia menunggu Xiumin. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, ia rela menunggu demi Xiumin. Hingga akhirnya ia bisa melihat dunia dengan matanya. Walaupun sekarang ia bisa melihat, ia tak begitu bahagia jika Xiumin tak berada disampingnya.

Malam harinya, sebuah suara langkah kaki memasuki ruang piano rumahnya. Alunan nada perlahan menghipnotis telinga Youjung, ia tersenyum bahagia dengan mata yang berkaca-kaca. Ia segera turun dari kamarnya dan menghampiri seseorang yang sedang bermain piano tersebut.

Ia menghentikan aktivitasnya saat melihat Youjung menangis bahagia diambang pintu. Ia tersenyum dan melanjutkan permainannya sampai selesai.

“Xiumin…Kau benar2 kembali”. Ucapnya
“….” Xiumin menganggukkan kepala dan tersenyum.

Ia menepuk bangku yang ia duduki berkali-kali, menyuruh Youjung duduk disampingnya. Youjung melangkahkan kakinya, ia duduk dan kembali mengabsen setiap detail wajah Xiumin.

“Apa kau bahagia dengan mata barumu”. Tanya Xiumin
“Tidak jika kau tak disampingku”. Jelas Youjung menangis

Xiumin memeluk Youjung, mencoba menghiburnya, ia mengelus lembut pucuk kepala Youjung.
“Jangan menangis. Teruslah tersenyum, aku lebih suka kau tersenyum”.

Youjung pun berhenti menangis walaupun masih sedikit terisak. Xiumin menghapus airmata yang tersisa di pipi Youjung. Xiumin menggenggam tangan Youjung, menuntunnya menyentuh jantungnya.
“Rasanya seperti dulu, sangat indah”. Ucap Youjung tersenyum
“Kau tau, jantung ini berdetak seperti alunan nada instrument yang baru saja aku mainkan. Jantung ini akan mati jika orang disampingku tak ada, dan aku….akan menjadi mata untukmu. Kita adalah satu”.
“Youjung…maafkan aku, aku terlambat mengatakan ini padamu. Aku mencintaimu, instrument yang aku mainkan tadi adalah bukti cintaku padamu. Aku menciptakan instrument itu khusus untukmu. Aku harap kau selalu tersenyum, ada atau tidaknya aku disampingmu. SARANGHAE KIM YOUJUNG”.

Perlahan bayangan Xiumin semakin memudar, Youjung mempererat genggaman tangan Xiumin.

“Andwae…Xiumin, jangan pergi lagi hiks hiks. Nado…Nado saranghae”.

Sebelum Xiumin meninggalkan dunia ini, ia membuat instrument tentang perasaannya pada Youjung. Not demi not ia tulis disebuah secarik kertas kosong. Airmata pun ikut menghiasi secarik kertas yang berisi not-not nada yang begitu indah. Ia meminta Eommanya mengirim surat yang berisi not2 instrumen ciptaannya kerumah Youjung, dan juga…ia berpesan pada Eommanya, saat ia sudah pergi meninggalkan dunia ini dan tinggal abadi disurga, ia ingin mendonorkan matanya untuk Youjung.

“Youjung, teruslah tersenyum. Carilah kebahagian didunia ini, aku selalu berada disampingmu, karena kita adalah satu.” Ucap Xiumin menghilang untuk selamanya.

Isak tangis mengisi ruangan itu, ia mendapati sebuah surat diatas piano. Ia membukanya, air matanya mulai menetes lagi. Ia memainkan piano, alunan nada perlahan bersuara menghiasi seluruh ruang dan malam yang indah ini. Dengan tangisan bahagia ia terus memainkan instrument ciptaan Xiumin untuknya.
 
“Kau adalah MATA bagiku, dan aku sebagai JANTUNG bagimu”


END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar