Author:Senandung
Genre ff: Full family life
Cast ff:
- Kim Jong Woon
- Song Eun Seo
- Kim Jong In
- Kim Hyo Jung
Leght FF: OneShoot
Other Cast ff: Nothing
Rating ff: PG 15
~Happy Reading~
Ddrrrttt… Ddrrrt… Ddrrrttt…
“Yeoboseo.” Sapa seseorang yang mengangkat telpon.
“Kim Jong Woon.” Panggil orang itu diseberang sana.
“Ya.. Ini aku. Ada apa seo-ya?.”
“Hari ini mereka pulang. 15 menit lagi kau sudah harus menjemputku dirumah.”
“Tapi, acara peresmian hotel baru kita belum selesai, yeobo.”
“Kau pikir aku perduli.”
Ttuuutt.. Ttuutt.. Ttuuutt..
“Aaiiissh… Wanita ini benar-benar.”
Kim Jong Woon menggerutu lepas menggunakan mulutnya sendiri,
kala sang istri, Song Eun Seo. Ah, Ralat. Tapi, Kim Eun Seo.
Memerintahnya seenak jidat. Ditambah dengan keputusan sepihak Eun Seo
ditelpon tadi.
***
This all story Ready…
Tak seperti biasanya. Hari ini bandara Icheon nampak sangat
ramai. Mengingat bahwa akan ada seorang aktor besar yang pulang ketanah
air. Jadi, bagi mereka yang merupakan salah seorang fans, tentu saja
harus melalui moment berdesak-desakkan dengan para fans yang tak bisa
dibilang sedikit.
Namun, dilain tempat dalam satu
lokasi. Lebih tepatnya di bagian pintu kedatangan yang berbeda. Terlihat
sepasang suami istri yang tengah menunggu kedatangan seseorang.
Terkadang beberapa pasang mata menatap heran kepada mereka. Orang-orang
pasti tak mengira jika mereka telah menikah sejak 17 tahun lalu. Tapi,
ajaibnya mereka masih terlihat masih muda.
Kim Jong
Won dan Kim Eun Seo, mereka lah yang saat ini menjadi pusat perhatian
sebagian orang yang lewat. Pasalnya, Jong Woon hanya diam duduk di
bangku tunggu. Dengan focus mata pada layar datar segi empatnya. Sedang
Eun Seo, dia tengah duduk santai dengan kaca mata bertengger di
hidungnya membaca bait-bait pembahasan tentang bisnis, pada buku yang
sengaja dia bawa.
“Kalian kusuruh datang ke bandara
untuk menjemput kami. Bukan malah melakukan hal pribadi dalam diam saat
menunggu kami seperti ini.” Tegur sesosok lelaki muda yang telah ada
dihadapan mereka. Sontak saja mereka berdua menengadahkan kepala lalu
berdiri, untuk memeluk orang tersebut.
Di belakang
lelaki tadi, seorang gadis berambut panjang lurus dan berponi mengikuti
lelaki itu untuk berhenti dihadapan Jong Woon beserta Eun Seo dengan
tanpa sapa dan senyuman.
“ Sejak kapan kalian sampai?.” Tanya Jong Woon
“Apa kalian tak melihat bahwa kami baru saja tiba. Ck, buat apa
menunggu jika nyatanya kalian memang tak berniat menunggu.” Jawab gadis
tadi.
“Seeeeh.. Kim Jong In, Kim Hyo Jung, Kim Eun Seo. Aku tak mengerti mengapa kalian memiliki mulut yang berlidah tajam.”
“Karena mereka adalah anak-anakku Tuan Kim Jong Woon.” Sahut Eun Seo.
“Tapi, setidaknya mereka mewarisi kewibawaanku.” Tak ingin kalah, Jong Woon membela diri.
Eun Seo melangkah mendekat pada Jong Woon. Dibelainya lembut
pipi bagian rahang Jong Woon seraya tersenyum manis. Jong Won terpaku
sejenak mengagumi kecantikan istrinya yang tak pernah pudar. Hingga tak
lama senyum itu hilang sekejap. Menampakkan wajah angkuh ekspresi
seorang Song Eun Seo dulu.
“Tapi kenyataannya
berkata lain.” Ucap Eun Seo sambil menepuk-nepuk pelan pipi Jong Woon.
Lalu melangkah pergi menarik lembut kedua tangan anaknya, Jong In dan
Hyo Jung. Meninggalkan Jong Woon sendiri dengan koper kedua anaknya. Tak
ingin berlama-lama sendiri, dia akhirnya menyusul dengan menarik dua
troli berisi koper kedua anaknya, Miris memang. Hahahaa..
“Wanita itu benar-benar berbisa.” Bisik Jong Woon pada Jong In setibanya dia disamping Jong In.
“Siapa yang Appa maksud.” Tanya Jong In.
“Eommamu.”
“Ck. Appa saja yang mudah diperdayai oleh senyum eomma.” Jong Woon
menekuk muka kesal atas jawaban tak mendukung dari anaknya sendiri.
***
“Bisakah appa berhenti berbicara. Aku bosan.” Kim Hyo Jung buka suara.
Dia bosan dan sudah sangat bosan. Bahkan juga sangat tidak suka jika
harus mendengar ocehan appanya tentang Hotel baru mereka.
”Ck.. Kau pikir aku tidak bosan.” Sahut Jong In. Membuat Eun Seo terkekeh pelan.
Jangan tanyakan bagaimana wajah kesal seorang Kim Jong
Woon saat ini. Yang pasti sangat tidak enak untuk dipandang.
Jika orang-orang diluar sana akan melepas rindu kala
berpisah. Maka lain lagi bagi Jong In dan Hyo Jung. Kata rindu sudah
menjadi hal tabu bagi mereka. Mungkin benar, saat ini mereka tengah
bersantai diruang keluarga sambil mendengarkan ocehan tak berguna Jong
Woon. Tapi, itu tak selamanya bertahan.
“Yeoboseo.”
Sahut Eun Seo pada seseorang yang menelponnya. Lalu dia beringsut
menjauh meninggalkan Jong In, Hyo Jung dan Jong Woon dalam keheningan
saat menonton tv, meski pikiran ketiga anak manusia itu berkeliaran
entah kemana.
Eun Seo kembali lagi
menghampiri mereka. Tidak, lebih tepatnya Hyo Jung dan Jong In. Eun Seo
mencoba merangkai kata agar tak membuat kecewa anaknya. Jong Woon
menatap Eun Seo. Dia mengerti arti sikap Eun Seo kali ini.
“Jong In-Ah… Hyo Jung-Ah.. Eomma dan App..” Belum sempat Eun Seo
menyelesaikan perkataannya Hyo Jung langsung berdiri meninggalkan Jong
In, Eomma dan Appanya. Langkah yang terkihat tak tergesa-gesa memang.
Tapi, jika dilihat dari raut wajah, sudah dapat terbaca.
“Pergilah. Pada dasarnya kami memang tak merindukan kalian.” Ucap Jong
In. Sama halnya dengan Hyo Jung, diapun pergi menaiki tangga menuju
kamarnya.
Eun Seo menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa.
“Jong Woon-Ah..” Lirih Eun Seo memanggil nama suaminya dengan memejamkan mata.
Jika menangis bisa mengubah segalanya, mungkin sudah sejak
dulu Eun Seo akan menangis. Tapi, disaat seperti ini dia adalah Song Eun
Seo. Wanita keras kepala yang angkuh sekaligus berhati lembut. Kekuatan
hatinya tak mampu tergerus oleh sesuatu yang sepele sedikitpun. Jika
hal berat saja bisa dilewatinya. Lalu.. tak ada alasan bukan.. untuk
menyerah pada yang lebih mudah dari itu?
***
Alunan dentangan dimeja makan terdengar begitu merdu. Tak ada
suara lain yang mengisi acara makan malam keluarga Kim. Begitulah
setiap saat mereka melakukan acara makan malam. Tenang dan damai.
Menikmati setiap potongan dan suapan yang masuk kedalam mulut hingga
melewati kerongkongan mereka. Hingga suara hentakan yang cukup keras
sendok dan garpu di atas piring menghentikan kegiatan mereka. Mengingat
suasana yang masih terasa hening. Satu titik disana menjadi pusat
perhatian ketiga orang yang ada dimeja makan selain dirinya.
“Setelah kalian selesai makan, ku ingin kalian membersihkan diri.
Karena malam ini akan ada pesta perayaan hotel baru kita.” Ucap Jong
Woon, sambil memandang satu persatu wajah ketiga orang yang berekspresi
tak jauh berbeda. Tanpa senyuman dan pandangan biasa.
“Menolakpun, tak ada gunanya. Appa tetap akan memaksa kami.” Sahut Jong In santai.
“Bisakah Appa berjanji bahwa acara itu takkan lama.” Tanya Hyo Jung.
“Hmm..” Jong Woon hanya bergumam. Lalu beranjak menuju kamarnya dan Eun Seo.
***
Di tempat pesta yang dihadiri kolega-kolega dan juga orang
terpandang itu seolah tak tertarik dengan acara yang berlangsung.
Beberapa diantaranya menatap iri kedua pasangan suami istri yang berdiri
berdampingan. Sangat serasi.
Kim Jong Woon
yang memakai kemeja kotak-kotak hitam putih, dilapisi jas warna perak.
Menambah kadar ketampanannya yang sebenarnya tak lagi berumur muda. Tak
lupa dasi hitam panjang yang menjuntai dilehernya malam ini. Pakaian
yang tak terlalu resmi memang. Mengingat ini hanya pesta perayaan biasa.
Sedangkan Eun Seo yang berada disampingnya seraya
membenarkan letak dasi Jong Woon tak kalah menariknya. Meski telah
beranak 2 dan sudah berumur 38 tahun tak mengubah tubuh ramping dirinya.
Dengan memperlihatkan kaki jenjang yang beralas HighHeel stiletto 9 cm,
membuatnya terlihat seperti model. Menggunakan gaun diatas lutut,
berwarna hijau laut, tanpa lengan dan hanya sebatas dada. Bahkan rambut
hitam kecoklatan itu disanggul gaya modern keatas, dengan poni panjang
menutup sebagian dahinya. Memperlihatkan leher jenjang nan putih
miliknya.
“Terkadang tatapan mereka
padamu membuatku ingin selalu menyembunyikanmu.”Sungut Jong Woon,
Pandangannya tak pernah berpindah dari wajah Eun Seo yang ada
dihadapannya.
“Sedangkan aku tak ingin kau menjauh
dariku berdiri sekarang. Karena aku takut akan ada wanita yang mengira
kau laki-laki lajang yang sukses.”
“Ini tempat umum,
berhentilah bersikap seolah hanya kalian yang ada disini.” Tegur Jong
In. Sedari Tadi dia teramat kesal melihat tatapan iri orang-orang pada
kemesraan orang tuanya.
“Bersikaplah sesuai dengan
umur kalian. Kalian sudah memiliki dua anak, yaitu kami.” Hyo Jung juga
ikut menimpali. Bermesraan di tempat umum seolah mereka masih remaja.
Menggelikan memang.
“Mereka bahkan bisa saja mengira
kalian sepasang pengantin baru.” Ucap Jong In sakratis. Dia berjalan
menuju meja panjang samping Jong Woon untuk mengambil dua buah gelas
minuman.
“Aigoo.. Kalian mengganggu saja.” Kesal Jong Woon. Eun Seo lalu menyikut lengan Jong Woon.
“Bisakah kita pulang, Appa?.” Tanya Hyo Jung.
“Jika pun bisa, sudah sedari tadi aku menarikmu pulang dari tempat
ini.” Timpal Jong In. Dia lalu menyodorkan minuman pada Hyo Jung. Dan
disambut tanpa ucapan “Terima kasih”.
“Mengapa kau
ingin pulang, Hyo-Ah.” Tanya Eun Seo sambil membelai rambut lurus
bergelombang milik Hyo Jung. Namun, Hyo Jung Berkilah, menepis tangan
Eun Seo dirambutnya.
“Aku hanya bosan.” Hyo Jung menjawab datar sambil memandang wajah Eommanya.
“Kau sangat cantik mala mini. Kenapa tak mencari teman lelaki yang
masih muda. Siapa tau mereka ingin mendekatimu. Lihat lah Oppa mu.
Bahkan Jong In sudah dikelilingi 3 gadis sekaligus. Hahaha… Ternyata
kharismaku benar-benar menjelma didalam diri Jong In.” Ucap Jong Woon
dengan penuh rasa percaya diri dan memuji Hyo Jung sekaligus
menyarankan.
Cantik? Bahkan malam ini Hyo Jung
sangat cantik. Meski hanya memakai dressi berwarna putuh gading diatas
lutut, berkerah dibagian leher, dan tanpa lengan. Biasa saja memang.
Tapi tak dipungkiri bahwa banyak pasang mata dari pengusaha muda yang
melirik Hyo Jung. Sedangkan Hyo Jung. Dia bahkan tak tertarik sama
sekali.
Lain lagi dengan Jong In. Meskipun terkenal
dingin. Kharisma Jong Woon benar-benar mengalir dijiwanya. Celana
panjang hitam santai. Dipadukan kemeja putih dan ber jas warna abu-abu
gelap. Membuat banyak gadis-gadis menghampirinya.
“Ck.. Dia sama saja playboy nya dengan Appa.” Jawab Hyo Jung seadanya. Tanpa berpikir dengan apa yang diucapkan.
“Mwo?.” Jong Woon terkejut. Bagaimana bisa anaknya menyimpulkan bahwa
dirinya seorang player. Hey, dia bahkan tak pernah menjalin hubungan
dengan gadis lain hanya demi menunggu Eun Seo bertahun-tahun, agar Eun
Seo benar-benar menghangat padanya. Lalu, mengapa mudah sekali Hyo Jung
berkata jika dia playboy?.
“Jangan menatapku seperti itu, Appa.
Eomma yang menceritakan sendiri. Padahal aku tak memintanya.” Merasa
sadar dengan tatapan tak suka Jong Woon, Hyo Jung pun menjawab.
Seolah-olah tak ingin disalahkan. Lalu melempar kesalahan pada Eommanya.
“Kau.” Tunjuk Jong Woon tertahan pada Eun Seo. Lain lagi dengan Eun
Seo. Dia hanya pura-pura tak perduli dengan melihat-lihat sekitar yang
nyatanya sama sekali tak menarik untuk dipandang mata.
***
Acara puncak telah dimulai. Riuh tepuk tangan menggema
seantero ruangan itu. Kala Kim Jong Woon menaiki podium bersama istrinya
Eun Seo untuk acara penyambutan resmi.
“Kami ucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan semua yang rela meluangkan waktunya pada malam
hari ini. Untuk merayakan pesta sederhana peresmian hotel baru keluarga
Kim. Dan kami sangat berterima kasih pada kedua anak kami, Kim Jong In
dan Kim Hyo Jung. Tanpa mereka kami tak bisa seperti in...i”
Praaaaaannngg….
Suara pecahan cukup keras melengking ditempat itu. Semua
mengalihkan pandangannya pada sesosok gadis yang tanpa rasa bersalahnya.
Semua suara pecahan itu tak mungkin terjadi jika saja Kim Hyo Jung tak
merasa muak melihat gaya wibawa kedua orang tuanya diatas podium sana.
Sudah banyak waktu santai yang dia relakan untuk mengikuti acara
membosankan kali ini. Hyo Jung memang sengaja menghempaskan cangkir yang
sebelumnya ada digenggamannya.
“Berhentilah bersikap
seperti kita adalah keluarga yang hangat.” Hyo Jung berucap tajam,
menatap kedua orang tuanya tak bersahabat di atas sana.
Hyo Jung melangkahkan santai kaki jenjangnya menuju Jong In yang masih menatapnya datar.
“Maaf nona-nona. Berhentilah mengganggunya. Dia adalah suamiku.”
Bohong Hyo Jung. Dia lalu menarik tangan Jong In meninggalkan tempat
itu. Jong In bernapas lega. Setidaknya dia terlepas dari semua tanya
gadis-gadis itu tentang bisnis yang tak terlalu ingin dimengertinya.
***
Sebuah mobil audy hitam memasuki pekarangan rumah keluarga
Kim. Pintu mobil itu terbuka, mengeluarkan Hyo Jung dari sana. Dengan
langkah pasti dia memasuki rumah dan langsung menuju lantai atas
kediaman keluarga Kim. Jong In terdiam didalam mobilnya. Tak berniat
sedikitpun keluar dari sana. Dia tercengang akan keberanian Hyo Jung
ditengah banyak orang sekaligus orang tua mereka sendiri. Sebenci itukah
dia.
Jong In memasuki kamar Hyo Jung yang
bernuansa putih gading, warna kesukaan dongsaengnya. Kamar yang
berukuran luas dengan rak-rak kecil yang dipenuhi dengan novel-novel
dari berbagai penulis terkenal. Membuat kamar itu seperti toko buku.
Sepi. Tak ditemukannya Hyo Jung disana.
“Dia
pasti ditempat itu,” Tebak Jong In yakin. Dengan pasti dia menggiring
langkahnya menuju tempat yang dimaksud. Dia hapal. Bahkan benar-benar
hapal bagaimana kebiasaan adiknya itu. Bukankah mereka saudara? Sudah
pasti Jong In tau semua tentang Hyo Jung.
Ckleeekk…
Pintu ruang itu terbuka. Meamoakkan diri Hyo jung yang tengah berkutat
dengan bukunya. Ruangan yang dulu menjadi tempat favorit berkumpulnya
keluarga Kim. Hyo Jung sering menyebutnya “ Room Together”. Padahal itu
adalah ruang perpustakaan keluarga.
Jong In menghampiri meja dimana Hyo Jung meletakkan buku bacaannya.
“Bisa kau perjelas padaku, tentang apa yang ada dipikiranmu?.” Tanya Jong In.
“Tak ada yang perlu diperjelas disini.” Sahut Hyo Jung. Pandangannya masih menatap lekat bait-bait kalimat didepannya.
“Aku tak sebodoh itu. Kau adikku. Lalu apa lagi yang ingin kau
sembunyikan dariku. Akupun sama halnya denganmu.” Jong In menarik bangku
berhadapan dengan Hyo Jung, kemudian mendaratkan pantatnya diatas
bangku itu. Gaya angkuh Jong In mulai di perlihatkannya. Menumpang kaki
untuk disilangkan, dengan tangan yang bersidekap didepan dada.
“Jika kau tau, lalu untuk apa kau bertanya.” Hyo Jung menutup keras
bukunya. Diapun melakukan gaya angkuh yang baru saja dilakukan jong In.
Sambil menyenderkan punggung disandaran bangku.
Sungguh, jelmaan Song Eun Seo benar-benar mengalir kuat didalam darah dan jiwa mereka.
“Terkadang.. aku merasa sikapmu tadi cukup keterlaluan. Tapi, tak ku
pungkiri kekesalanmu selama ini pada mereka yang tak pernah memikirkan
kita.”
“Memangnya apa yang kau inginkan.”
“Sederhana saja. Tapi, sulit bagi mereka untuk mewujudkan.”
“Apa itu?.”
“Kurasa kau tau jawabannya.”
Hyo Jung mengerutkan dahinya. Dia berfikir sejenak. Apa yang
diinginkannya? Padahal dia memiliki segalanya. Appa yang sukses memimpin
dua perusahaan sekaligus. Eomma nya pun menjadi pengacara hukum tetap
perusaan yang dipimpin Appanya sendiri. Kakak lelaki berparas tampan
sekaligus berotak cerdas. Dirinya pun tak jauh berbeda dengan eommanya
yang berwajah cantik. Uang dan kekayaan sudah pasti dia dapatkan. Lalu
apa?
Senyap dikeheningan malam yang mendominasi berpikirnya Hyo Jung selama ini.
“Kebersamaan.” Lirih Hyo Jung menatap sendu Jong In yang duduk diseberangnya.
Kebersamaan? Apa maksud dari arti kebersamaan? Ya.. Hyo
Jung maupun Jong In menginginkan kebersamaan dengan orang tuanya. Setiap
mereka dirumah, selalu saja ada alasan dibalik inginnya kebersamaan
mereka dengan Jong Woon dan Eun Seo. Apalagi kalau bukan karena
pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan.
Bahkan saat mereka bersiap
untuk melakukan acara libur sekolah Jong In dan Hyo Jung ke prancis.
Mereka membatalkannya karena ada urusan mendadak yang sama sekali tak
dapat ditinggalkan. Padahal saat itu mereka telah sampai dibandara.
Menunggu panggilan penerbangan.
Jong In,
bahkan Hyo Jung sangat paham. Untuk siapa orang tuanya bekerja? Tapi...
tak bisakah sedikit saja waktu yang lebih lama untuk mereka tersenyum
bahagia melewati kebersamaan itu. Mereka rindu kebersamaan.
End...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar