Sabtu, 08 Februari 2014

[Freelance] THE CANNIBAL part 2

Author : R. Eka Putri
Genre : Horror
Cast :
• Justin Drew Bieber as Himself
• Your Name (YN)
• Caitlin Beadles as Caity
• Christian Beadles as Christ
• Chaz Somers as Himself
• And Many More

~Happy Reading~


Malam harinya, Justin terbangun di tengah malam akibat desisan misterius dari lantai dasar rumah.matanya memicing karena belum seutuhnya jelas semua yang di lihatnya. Di pandangnya Chaz dan Christ yang asiknya tertidur tanpa menghiraukan suara desisan itu yang membangunkan tidur Justin.

“Christ, bangun!” Justin menggoyang-goyangkan tubuh Christ. Dia terbangun.

“Apa?” tanyanya. “Lo bangunin gue tengah malem, bro! Ngantuk nih.. lo mau gue anterin lo boker atau apa?” kata Christ lagi. Nadanya kini terkesan sebal karena tidur nyenyaknya di ganggu oleh orang usil macam Justin.

“Kagak! Gue kebangun karena suara desisan dari bawah.. lo kaga keganggu apa? Suaranya ngeri gitu.” Ujar Justin. Christ mengucek matanya berkali-kali agar dia benar-benar bisa terjaga.

“Bentar..” Christ memasang telinga benar-benar dan mendengarkan suara yang di maksud Justin dengan seksama.

‘ssssssssshhhhhhhhhhhh...’

“Iya kagak?” pekik Justin. Christ mengangguk membenarkan.

“Apa ada sesuatu ya? Liat yuk..” Ajak Christ.

“Nih bocah gimana?” Justin menunjuk kearah Chaz yang tertidur dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut sehingga tidak tampak.

“Yaudah biarin aja..” Ujar Christ. Justin pun mengangguk setuju dan merekapun bergegas keluar.

Sementara itu..

Di kamar yang lain, Kamu rupanya juga merasakan hal yang sama dengan apa yang di rasakan Justin. suara desisan misterius itu mengganggumu untuk memejamkan mata. Ingin sekali kamu membangunkan Caity untuk menemanimu terjaga. Tapi melihat Caity yang tidur pulas di balik selimut membuatmu tak tega untuk membangunkannya.

Tiba-tiba..

‘tok tok’

Pintu terdengar di ketuk oleh seseorang.

“Siapa?” Tanyamu lirih.

“Gue, Justin. sama Christ.” Sahut seseorang dari luar dan ternyata itu Justin. Kamu mendesah lega. Ternyata bukan kamu saja yang terjaga, Justin juga.

“Ada apa?” tanya mu lagi begitu kamu mendapati Justin sudah berdiri di depan pintu dengan Christ.

“Kita nggak bisa tidur. Suara desisan itu bikin gue merinding,” Ujar Justin. kamu mengangguk.

“gue juga! Itu suara apaan sih?” tanyamu. Justin dan Christ hanya mengangkat bahu tanda mereka juga tidak mengerti.

“Cari tau aja.. kita bangunin pak Darma biar dia bantu.” Usul Christ. Kamu dan Justin mengangguk spontan.

“Yaudah yuk berangkat.” Justin menarik tangan kamu.

“Eh...” sentakmu. Sontak Justin berhenti dan lepasin genggaman tangannya.

“Maaf..” desahnya.

“Nggak papa. Yuk..” ucapmu pelan dan kalianpun beranjak.
***
~Justin Bieber P.O.V~

‘tap tap tap’ satu persatu anak tangga kami bertiga turuni dengan hati hati. Suara desisan itu masih terdengar dan kini makin terasa dekat. Aku menggenggam erat tangan YN yang mulai berkeringat dingin sembari mengikuti Christ yag berjalan lebih dulu di depan kami. Aku melirik YN sekali-kali untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja. Oh, c’mon! Hasratku untuk melindunginya selalu hadir tiap kali kami bersama, apalagi dalam situasi yang seperti ini.

“Justin..” Christ yang berjalan di depanku tiba-tiba berhenti dan memangggilku sangat pelan. Aku menelan ludah dan berharap semoga yang dilihatnya bukan sesuatu yang buruk.

“Apa?” tanyaku. Christ menoleh dan memerintahkanku untuk berhenti bergerak. Aku dan YN pun mengangguk.

“Sebenarnya ada apa?” YN kini mulai bertanya. Christ tak menjawab. Dan bisa ku rasakan desisan yang mengganggu tidur kami kini sudah tak teredengar. Hening. Hanya hawa ingin dan angin malam yang menyusup melalui celah-celah kecil yang kini perlahan menembus kulit.

‘BRAAAKKK!!’ tiba-tiba suara keras terdengar. Kali ini datangnya dari halaman belakang rumah. Kami bertiga saling pandang dengan maksud bertanya suara apa lagi itu.

“Kita mencar!” Christ kembali berusul.

“Gimana kalo kita pake tim yang gue bentuk kemarin?” timpalku.

“Ide bagus. Siapa yang bangunin Chaz sama Caity?” tanya Christ.

“Biar gue aja!” seru YN yang diikutin oleh anggukan kepala Christ.

“Lo yakin?” tanyaku. YN mengangguk pasti dan dengan sigap dia berlari ke atas untuk membangunkan si tukang tidur sementara aku dan Christ menunggunya di ujung tangga.

***

~YN P.O.V~

Aku berlari menuju kamar Justin dimana Chaz terlelap di sana. ku pikir, ku bangunkan Chaz dulu agar dia bisa menemaniku membangunkan Caity karena kamar yang di tempati Caity dan aku amat sangat menyeramkan suasananya.
Aku sampai dan langsung menuju sesuatu yang terbungkus selimut ditengah-tengah tempat tidur. Aku menyibaknya. Namun betapa terkejutnya aku begitu ku buka selimutnya bukan Chaz yang ada di sana melainkan hanya guling. Nafasku tercekat. Aku bergegas menuju kamar mandi dan mulai mencari Chaz ke segala arah. Nihil. Aku seperti sedang bermain petak umpet sekarang.

“CHAZ!!” jeritku berharap orang yang aku cari muncul dari sebuah sudut. Tapi tak ada jawaban. Maka ku putuskan untuk beralih ke kamarku seorang diri dimana Caity sedang tidur disana. Batinku sebenarnya menderu. Kalian harus tahu bahwa aku bukanlah tipe wanita pemberani. Tapi entah mengapa, kali ini aku merasa ada kekuatan yang membuatku berani. Mungkin karena Justin.. ya, bisa saja.

‘Ngeeeeekkkkk...’ pintu kamar ku buka secara perlahan. Seperti tadi, aku langsung menghambur ke tubuh Caity yang juga terbungkus selimut secara keceluruhan. Aku mengatur nafas sebelum benar-benar membuka selimutnya. Namun belum sempat ku sentuh, sebuah cairan menetes tepat mengenai kepalaku. Aku merabanya dan kudapati cairan kental berwarna merah memenuhi telapak tanganku. Aku mendangak dan bisa kulihat cairan itu menetes deras diatas kepalaku. Aku menelan ludah berharap itu bukan darah. Ingin sekali rasanya aku segara pergi, tapi seluruh tubuhku tak bergerak. Keringat dingin membasahi tubuhku sekarang.

“Caity!!” seruku. Tak ada jawaban juga. Tanpa ba bi bu, ku sambar selimutnya dan betapa terkejutnya aku yang tidak menemukan siapa-siapa di sana kecuali patahan-patahan tubuh manusia!
Aku kembali mematung. Tubuh-tubuh itu masih berwarna merah karena darah. Darah segar seperti baru saja mereka di sayat-sayat. Pikiranku mulai kotor dan jauh mengira bahwa itu Caity.

“Nggak mungkin..” desahku. Kini air mataku mulai menetes secara perlahan. Akupun segera berbalik arah untuk memberi tahu pada Justin dan Christ tentang semua ini. Hanya saja, pintunya terkunci dan aku benar-benar tak mengerti siapa yang melakukannya.

“TOLOOONGGG!!” teriakku sambil menggedor-gedor pintu berharap seseorang membukakannya untukku.

“JUSTIIIINNN!!!!” jeritku lagi. Tak ada sahutan. Aku mulai pupus. Tak pernah sedikitpun aku mengira aku akan terkurung dengan sayatan-sayatan tubuh manusia dan cucuran deras darah segar yang sebagian sudah membasahi kepalaku. Aku pasrah. Hingga tiba-tiba seseorang muncul dari kamar mandi engan celutir di tangannya. Suasana yang gelap tak bisa membuatku melihat dengan jelas siapa orang itu. hanya cahaya dari luar yang bisa sedikit membantuku untuk tahu bahwa orang itu membawa benda tajam. Aku mematung. Ku tutup mulutku dengan kedua telapak tanganku berharap nafas dan isak tangisku tak terdengar. Ya Tuhan.. jika aku harus mati hari ini, tolong sampaikan pada Justin bahwa aku mencintainya do’aku dalam hati. Aku tahu ini konyol, tapi melihat keadaan dan situasi seperti ini, otakku mulai berjalan dan menerka bahwa rumah ini adalah tempat dimana semua orang yang datang menjadi mayat dan mati dengan keadaan mengenaskan. Parahnya, otakku berfikir bahwa ini adalah giliranku!
Orang itu makin dekat an kini sudah berdiri di depanku. Aku berusaha menghindar, namun tangannya yang kekar mencengkeran pergelangan kakiku dan menyeretku dengan kasar menusu suatu tempat.

“LEPASKAAANNNN!!!” jeritku berkali-kali. Aku selalu meronta dan berharap aku bisa lolos dari genggaman mautnya itu.

“JUSTIIIIIIIINNNNN!!!” aku kembali berteriak. Namun kurasa percuma. Aku masuk ke dalam sebuah ruangan gelap. Amat gelap. Di sana aku di lepaskan dengan kasar seperti terlempar. Tubuhku terhempas dan akupun tak sadarkan diri.

***
~Justin Bieber P.O.V~

Aku mendesah berat. Pikiranku tak tenang. Ada yang mengganjal dalam batinku, tapi entah apa itu aku tak tahu.berkali-kali ku tengokkan kepalaku ke belakang berharap YN segera kembali bersama 2 orang yang sudah kami tunggu. Tapi hingga kepalaku pegal, tak ada sedikitpun tanda-tanda YN kembali.

“Christ, gue susul YN ya? Perasaan gue nggak enak.” Pamitku pada Christ yang duduk memainkan ponsel disampingku.

“Jangan, gue ga berani sendirian.” sergah Christ tanpa sedikitpun berpaling dari layar handponenya. Aku mendesah.

“Yaudah ayok lo ikut gue aja..” ajakku kemudian. Christ memandangku teduh lalu kemudian beranjak.

“Yok deh. Gue paling ga tega liat muka melas lo itu.” kata Christ. Aku beranjak girang dan mulai merangkul sahabatku itu.

Namun saat aku dan Christ berbalik meninggalkan tangga, suara desahan misterius itu kembali terdengar. Aku dan Christ spontan menghentikan langkah kami dan berhenti tak jauh dari tempat kami semula duduk. Suara itu makin terdengar menghebat dan mendekat. Aku rasa asal suar itu kini tepat berada di belakang kami, hanya saja aku tak punya banyak keberanian untuk menoleh, begitu juga dengan Christ. Payah!

“Run?” Christ melirikku. Ternyata apa yang ada di pikirannya denganku sekarang sama. Yaitu LARI! Aku menelan ludah sebelum kepalaku benar-benar mengangguk.

“Salam hitungan ke 3!” bisikku pelan. Christ mengangguk.

“1....”

‘Sssssssshhhhhhhhhhhh’

“2....” Suara itu makin dekat.

“Ti –”

“CHRIIIIISSSSSTTTTTT!!!!!” Aku memekik tersentak memandang Christ berlari menjauhiku. Sialan! Aku terseret!

“JUSTIIINN!! PEGANG TANGAN GUE!” Christ kembali menujuku. Tanganku sibuk menggaruk setiap benda yang ku lalui berharap seseorang yang menyeretku melepaskanku. Dada dan perutku terasa sesak karena terhempas tangga dengan kasar.

“CHRIST, TOLONG GUE!” Aku kembali berteriak histeris. Tubuhku terus meronta tapi cengkraman sial itu sangat sulit untuk aku lepaskan, terlebih kukunya yang tajam menggaruk kulit kakiku. Perih! Kurasa kakiku penuh darah.

“JUST, GUE GA BISA!” jerit Christ. Walau tangannya kini menarikku, tangan yang memegang kakiku lebih kencang menyeretku.

“OKE, LEPASIN GUE!” suruhku.

“TAPI, JUST..”

“GUE BILANG LEPASIN, LO CARI CHAZ, YN, DAN CAITY!! PERGIIIII!!!” aku menggertaknya kencang-kencang. Bisa ku lihat raut wajahnya yang ketakutan melepaskan tanganku dengan terpaksa. Aku pasrah membiarkan makhluk jahanam itu menyeretku. Tanganku masih tetap menggerayangi semua benda yang ku lewati. Hingga ku temukan sebuah pisau di bawah meja makan. Aku mengambilnya dan aku sayatkan pisau itu di tangan kekar yang menyeretku. ‘Croott!’ Darah segar pun muncrat keluar melalui celah sesetan yang baru saja ku gores. Aku sedikit ngeri, tapi kurasa itu mampu menyelamatkanku. Aku bebas dan bisa ku lihat kakiku yang perih berlumuran darah.

Aku mencoba berdiri. Bisa ku dengar erangan kesakitan dari makhluk itu. Tangannya yang berkuku panjang itu kini terluka. Great! Ini memberiku kesempatan untuk berlari. Ya, aku harus lari! Tapi sepertinya aku tak bisa lari kencang. Luka di kakiku terbilang parah dan aku hanya bisa jalan pincang untuk menghindar.

‘AAAAAWWWRRRRGGGHHHH!!’ erangan itu makin kencang. Aku menoleh ke belakang. Oh shitt! Dia ternyata mengejarku. Payah! Dengan keadaan terseok-seok dan tenagaku yang hampir habis seperti sekarang ini, menyelinap dan bersembunyi asalah cara yang paling ampuh untuk enyelamatkan diri. Tak peduli aku harus bersembunyi dimana, yang jelas aku harus bebas dari nya sebelum aku habis di mangsa.

Tak jauh dari tempatku melarikan diri, aku menemukan sebuah ruangan tanpa pintu. Banyak barang-barang antik di sana. aku pun masuk dan duduk menyempil di belakan guci besar.
‘Sssssshhhhhhh’ desahan itu terdengar lagi. Aku makin meyempitkan diriku agar tak terlihat. Tapi rupanya..

‘PRAAAANNGGG!!!’ guci tempatku bersebunyi pecah dan bisa ku dapati mahkluk mengerikan itu kembali ada di hadapanku.

“Pergi kauu!!” gertakku sambil melempar barang-barang yang dekat dengan tubuhku. Makhluk itu bersikeras mendekat. Oh, keadaan makin parah dengan adanya tembok. Aku terjebak! Makhluk itu makin mendekat dan kini tangannya yang kekar, dingin, dan berkuku panjang itu mulai memegang leherku. Aku menelan ludah, nafasku tercekat. Aku belum pernah melihat wajah sehancur itu sedekat ini. Apa kalian bisa bayangkan? Wajahnya lebih mengerikan daripada Christ palsu waktu itu. yang ini lebih mengerikan! Hampir semuanya hancur! Darah tak berhenti mengalir dari mata dan mulutnya, dan bau amis nyinyir tertangkap indra penciumanku amat tajam dan itu membuatku jijik.
“LEPASKAN!!” aku meronta tapi tak banyak karena kukunya bisa saja menusuk leherku dalam-dalam. Jika itu terjadi, tamatlah riwayatku hari ini.

‘Awwwwrrrrggghhh!!’ makhluk itu kembali mengerang, tapi kali ini lebih halus. Aku sama sekali tak berani menatap wajahnya. Ngeri! Hanya saja, makhluk itu mencekikku dan itu memaksaku menatapnya dengan keadaan melotot dan lidah yang menjulur keluar.

Nafasku menderu lebih kencang dan itu membuat jantungku beretak lebih cepat. Mataku berputar sigap, mencari setiap benda yang bisa ku raih untuk bisa melepaskan leherku dari cekikannya. Aku sudah tak tahan! 3-5 menit lagi aku seperti ini, YN tak akan bisa melihatku lagi, dan aku tak mau itu. Maka dari itu, aku mencari, mencari, dan terus mencari. Dan akhirnya, mataku menangkap sebuah benda kecil di leher makhluk itu. Seperti sebuah kalung. Ya, sejenis itu lah. Kalung berlinontin love yang ku rasa di dalamnya terdapat sebuah foto. Pikirku, dengan mengambil kalung itu, tangan makhluk itu akan meraba bagian lehernya sehingga leherku bisa selamat. Dan ternyata tepat! Aku menyeret kalungnya dan lalu makhluk itu dengan cepat langsung meraba lehernya sehingga aku terlepas. Aku berlari menuju pintu dengan membawa kalung itu.

‘AWWWWRRRRGGGHHHH!!’ makhluk itu mengejarku. Kali ini erangannya lebih keras. Mungkin dia marah karena kalungnya ku curi. Tapi aku tak peduli. Aku terus berlari dan berlari secepat yang aku bisa. Namun naasnya, sebuah kursi menghalangiku dan membuatku sedikit tersandung hingga kalung yang ku bawa jatuh berantakan. Aku tertegun. Tubuhku tak bergerak melihat kalung itu hancur. Makhluk yang mengejarku pun hilang. Apa ini lelucon? Tanyaku dalam hati. Jadi ini semacam mantra atau kunci untuk menghilangkan hantu? Ucapku pada diriku sendiri. Aku pun duduk terjongkok dan melihat serpihan-sepihan kalung tadi. Ada sebuah foto dan tulisan di dalamnya. Foto sebuah wanita cantik. Sangat cantik! Umurnya kira-kira masih seumuran dengan ku. Disampingnya ada tulisan ‘Terimakasih sudah melepaskanku.’

“Maksudnya nih tulisan apaan?” ujarku sendiri.
“Justin..!!” tiba-tiba seseorang berseru memanggilku. Dari suaranya, bisa ku tebak dia YN! Maka dengan cepat aku menoleh. Benar! Dia YN.

“YN?” pekikku. Dia mengangguk girang dan melambaikan tangannya kearahku lalu berlari.

“YN tunggu! Lo mau kemana?” tanyaku sambil mengikutinnya.

“Siniiii...” ajaknya lagi. Aku tersenyum.

“Iya, tapi pelan-pelan dong. Kaki gue sakit!!” jeritku. YN hanya tersenyum dan kembali berlari.

“Heran, tadi ngilang. Sekarang cengar-cengir..” desahku.

“YN!! LO DIMANA?!” aku berteriak begitu aku tiba di depan sebuah ruangan. Perasaanku YN tadi pergi kesini, tapi anehnya sekarang dia kembali menghilang dan kini aku berada di depan pintu besi penuh debu dan berkarat yang sangat amat mustahil jika YN bisa membukanya sendiri. Terlebih, pintu besi kan berat, YN tak akan mungkin kuat.

“YN!!” seruku lagi. Tak ada jawaban selain gema dari suaraku sendiri. Anehnya, entah mengapa pikiranku selalu tertuju ke dalam ruangan itu.

“Yaudah deh gue buka aja, kali aja YN ada disini.” Kataku pada diriku sendiri. Akupun mencengkram pegangan pintunya dan mendorongnya kuat-kuat. Ya tuhan! Ini sama saja mendorong truck bermuatan berat! Fiiuhh..

‘Krrrrrreeeekkkk’ pintu itu akhirnya perlahan terbuka. Aku pun masuk dan tak mendapati apapu disana kecuali gelap!

‘sreeekk’ aku mendengar suara gesekan dari sebuah sudut. Aku terperanjat tapi itu membuatku penasaran.

“YN?” panggilku pelan.

“Emmmm!! Emmmm!!” sahut sebuah suara. Suara itu....

“YN? Itu elo? Lo dimana?” panggilku lagi.

“Emmmm!!! Emmmmmm!!!!” suara itu kembali menyahut. Batinku pun langsung yakin dia YN,tapi.. bagaimana bisa??

“Oke, calm down. Tetap disana gue cari penerangan dulu.” Kataku. Tak ada jawaban, hanya isak tangis yang kini ku dengar.

Aku merogoh saku celanaku, ku ambil handponeku untuk penerangan. Ku sapukan cahaya handponeku ke segala sudut. Mataku terbelalak begitu ku temukan YN duduk tergeletak tak berdaya dengan tangan dan kaki di ikat dan mulut yang di sumpal kain kucal.

“Ya Tuhan, YN!!” pekikku sambil menyembur ke arahnya yang kini menangis tersedu-sedu. Wajanya memar dan seluruh tangan kakinya berlumuran darah. Lebih tak teganya lagi, orang yang mengikat YN mengikat tangan dan kakinya sangat kencang hingga menimbukan sayatan-sayatan.

“Lo nggak papa?” tanyaku sambil melepaskan ikatan di mulutnya. Dia menggeleng lemah dan langsung memelukku erat. Tangisnya tumpah di pundakku.
“Gue takut, Just.. takut..” desahnya diantara isak tangisnya. Aku mengangguk pelan, membalas pelukannya, dan membelai lembut rambutnya agar dia tenang.

“Nggak papa.. udah ada gue kok. Sekarang kita keluar, okey?” kataku. YN mengangguk pelan dan akupun menggendongnya keluar karena ku tahu YN tak mungkin bisa berjalan dengan keadaan kaki luka parah. Jiwanya pasti tergoncang dengan kejadian itu. Sebenarnya kaki ku pun tak kuat menopang, tapi demi keselamatan YN aku rela. Dalam hati aku berterimakasih pada gadis yang ada dalam foto kalung yang hancur tadi. Dia adalah gadis yang menyamar menjadi YN saat pertama kali aku tiba di rumah ini. Aku tak mengerti kenapa dia tadi hampir membunuhku, tapi yang jelas aku tetap berterima kasih karena telah membantu menyelamatkan YN, orang yang aku cintai. Dan itu membuatku mengerti, bahwa aku harus bebaskan arwah –arwah yang terkurung dalam rumah ini seperti gadis tadi. Well.. this is the adventure!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar